Sabtu, 18 April 1970

OLAH BATIN DAN SPIRITUAL DALAM BERKETUHANAN/BERKEAGAMAAN



Penghayatan Kebatinan

Kebatinan adalah mengenai segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batinnya yang paling dalam.

Kebatinan terutama berisi penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya atas segala sesuatu aspek dalam hidupnya.

Seseorang yang banyak menghayati isi hatinya, atau isi pikirannya, akan lebih banyak "masuk" ke dalam dirinya sendiri, menjadikan dirinya lebih "sepuh" dibanding jika ia mengabaikannya. Selebihnya itu akan menjadi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari, akan menjadi bagian yang sepuh dari kepribadiannya.

Termasuk yang berkenaan dengan agama dan kepercayaan, karena di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung sisi kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Apa saja yang dihayatinya itu akan mengisi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari. Selanjutnya apa saja yang dihayatinya itu akan menjadi bersifat pribadi, akan menjadi bagian dari kepribadiannya.

Kebatinan dialami oleh siapa saja, entah disadari maupun tidak, termasuk oleh orang-orang yang sangat tekun dalam beribadah dan murni dalam agamanya, karena di dalam semua agama implisit terkandung juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati, mengajarkan bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb. Tetapi istilah kebatinan itu sendiri oleh kalangan agamis dianggap tabu dan terlarang, karena dianggap menyimpang dari agama.
Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan dengan Sang Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, menyatu dengan Tuhan, melalui laku olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan dan menyelaraskan sikap hidup mereka dengan kehidupan yang dikehendaki Tuhan. 
Pengertian kebatinan bersifat luas. Kebatinan terutama berisi penghayatan / pengimanan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya, apapun agama atau kepercayaannya, dan di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung sisi kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Di dalam masing-masing firman dan sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Tetapi sikap kebatinan keagamaan ini sudah banyak ditinggalkan orang, digantikan dengan ajaran kerajinan ibadah saja dan dogma / doktrin ke-Aku-an agama. Orang lebih memilih menjalani kehidupan formal agamis dan hanya menjalankan sisi peribadatan yang bersifat formal dan wajib saja. Sisi kebatinan dari agamanya seringkali tidak ditekuni.
Seringkali orang memandang istilah kebatinan secara dangkal dan mempertentangkannya dengan agama karena hanya disamakan dengan aliran kebatinan / kepercayaan saja yang bukan bagian dari agamanya. Walaupun pengertian kebatinan bersifat luas, tetapi dunia kebatinan pada masa sekarang memang sudah termasuk "haram" untuk diperbincangkan, karena orang berpandangan sempit dan dangkal tentang kebatinan. Kebatinan dalam berkeagamaan saja jarang ada yang menekuni, karena orang lebih suka menjalani yang formal saja. Sekalipun banyak orang hafal dan fasih ayat-ayat suci, tetapi tidak banyak orang yang mengerti sisi kebatinan dan spiritualnya, sehingga pengkultusan dan dogma agama sangat mendominasi kehidupan beragama, akibatnya banyak sekali terjadi perbedaan pandang dan pertentangan di kalangan mereka sendiri.

Sesungguhnya perilaku berkebatinan, termasuk berkebatinan dalam beragama, apapun jalan agama dan kepercayaannya, baik sekali dilakukan, supaya orang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya, apalagi hanya ikut-ikutan saja, tetapi materi kebatinannya harus diperhatikan dan di"filter", dan memiliki kebijaksanaan untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian dapat menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam, tidak mudah dibodohi atau dihasut, apalagi hanya ikut-ikutan.

Sebenarnya sisi kebatinan ada dalam semua aspek kehidupan, bukan hanya ada dalam keilmuan kebatinan atau kepercayaan / keagamaan, dan sisi kebatinan itu menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Tetapi yang menambah nilai pada kekuatan kebatinan seseorang adalah suatu keyakinan terhadap suatu hal dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyak godaan / gangguan, akan semakin bertambah kekuatan dan kekerasan batinnya.

Memang perlu bahwa manusia memiliki suatu keyakinan atau prinsip hidup yang kuat sebagai bagian dari kepribadian yang kuat. Dan para penganut agama / kepercayaan yang tekun mendalami sisi kebatinan dari agama dan kepercayaannya akan memiliki keyakinan dan kekuatan batin yang lebih dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.

Sisi kebatinan itu akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-hari. Kalau tidak begitu, maka itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup, tetapi tidak menambah nilai kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada kekuatan batin adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti ketekunan dan keyakinan pada agama, atau keyakinan kepercayaan kerohanian, atau keyakinan pada suatu keilmuan.

Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan sebenarnya tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, berasal dari kekuatan penghayatan atas sesuatu yang kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja firman atau sabda dalam ajaran agama kita hayati maknanya, kita imani dan kita perdalam dengan dibaca berulang-ulang (atau diwirid) dengan penghayatan. Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mengisi hati dan batin kita. Setelah itu dijalani kita akan dapat merasakan adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat ketekunan kita itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan batin dan kegaiban tersendiri.

Manusia yang menekuni dan memperdalam kebatinan tertentu akan memiliki lebih banyak penghayatan dan pemahaman tentang kegaiban hidup dan kegaiban alam, akan memiliki kepekaan dan kekuatan batin tertentu, atau kegaiban-kegaiban tertentu. Dalam laku manusia menekuni dan memperdalam kebatinan itu, secara pribadi maupun melalui suatu perkumpulan atau kelompok keagamaan, manusia menemukan suatu kekuatan yang bersifat batin, kekuatan kebatinan, suatu kekuatan sugesti yang berasal dari ketekunan dan kekuatan kepercayaan, yang setelah ditekuni, diolah secara khusus dan diamalkan, akan dapat menjadi suatu kegaiban atau mukjizat atau menjadi ilmu-ilmu kebatinan.

Jadi, dalam  laku  olah kebatinan  ada 2 hal pokok di dalamnya, yaitu pengolahan keyakinan kebatinan (pemahaman / penghayatan) dan pengolahan kekuatan kebatinan.

Tetapi dalam kehidupan jaman sekarang perilaku kehidupan berkebatinan sudah digantikan dengan kehidupan agamis formal dan laku olah batin sudah digantikan dengan hanya membaca ayat-ayat suci dan firman-firman saja. Orang lebih suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan saja secara tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, tapi seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah batin, hanya menghapalkan, mewirid, dan mangamalkan amalan / mantra ilmu gaib dan ilmu khodam saja.
Pada orang-orang yang tekun menjalani kebatinan ada 2 jenis kekuatan gaib yang berasal dari penghayatan kebatinannya, yaitu kekuatan kebatinan dan kekuatan sukma, tetapi dalam sehari-harinya ke 2 jenis kekuatan gaib itu saling mengisi sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang secara keseluruhan akan menjadi kegaiban sukma yang memampukan seseorang melakukan banyak perbuatan ajaib.
Kekuatan kebatinan  akan dirasakan di dada sebagai suatu getaran atau tekanan di dada yang dapat disalurkan sebagai getaran yang mengisi kekuatan tangan / tubuh dan dapat disalurkan menjadi seperti penggunaan tenaga dalam atau sebagai kekuatan pikiran atau melalui sorot mata sebagai kekuatan gaib yang tajam untuk menusuk menembus benteng pagaran gaib atau menyerang menusuk sukma manusia lain atau mahluk halus. Dengan kekuatan dan kepekaan batin seseorang juga akan dapat mengetahui kegaiban-kegaiban alam, kegaiban hidup, mendeteksi keberadaan mahluk halus, peka rasa, firasat dan bisikan gaib (peka sasmita) dan weruh sak durunge winarah.
Kekuatan sukma  akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, menyelimuti dan mengisi tubuh, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi. Energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi !  saking kersaning Allah. Selimut energi itu melindungi orang dari berbagai bentuk serangan fisik dan gaib, dapat difungsikan seperti penggunaan tenaga dalam murni, bisa digunakan untuk kekuatan fisik, membuat pagaran gaib atau mengusir / menyerang mahluk halus, menghapuskan (menghilangkan) keilmuan seseorang, mengendalikan pikiran / kesadaran seseorang (hipnotis / gendam), dapat juga disatukan dengan tenaga dalam yang sudah dimiliki, sehingga akan melipat-gandakan kekuatan keilmuan kanuragan seseorang.
Kegaiban sukma akan mendatangkan banyak kegaiban, ilham dan wangsit, dan mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita dan mengenal rasa mengenai kejadian-kejadian yang akan terjadi, peka sasmita  dan  weruh sak durunge winarah.
Getaran perbawa kebatinan seseorang akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya) dan kegaiban sukma mereka menjadikan mereka sebagai orang-orang yang linuwih dan waskita.
Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri) berupa penghayatan kebatinan sampai menyentuh relung batinnya yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma, dari  jiwa yang menyembah Tuhan.  Dan kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda sekali dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.

  Kebatinan dalam Berkeagamaan

Banyak manusia merasa jauh dari Tuhan, tidak menemukan jalan mencapai Tuhan, tidak menemukan "Terang" Tuhan, tidak dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia, karena tidak banyak manusia yang menyadari dan mengimani bahwa "Cahaya" dan "Kuasa"  Tuhan melingkupi / menyelimuti semua kehidupan di bumi. Ditambah lagi adanya berbagai macam pencitraan dan pengkultusan manusia tentang Tuhan yang cenderung melebih-lebihkan, semakin mengaburkan kesejatianNya, menjadikan Tuhan semakin jauh saja untuk dijangkau dan menjadikan mustahil manusia dapat mengenal Tuhan secara pribadi.

Ada banyak kekeliruan dalam manusia beragama, dari adanya ego dan keakuan manusia atas dirinya dan agamanya, dogma dan doktrin dalam agama, pencitraan diri sebagai mahluk agama dan mahluk Tuhan yang mulia, kesombongan manusia atas status agamanya dan Tuhannya, sampai banyaknya dogma dan doktrin dan pengkultusan / pencitraan manusia atas agama dan Tuhannya, yang semuanya itu sudah mendorong manusia untuk sangat meninggikan agama, sangat memuja agama, mempertuhankan agama, agama dijadikan Tuhan, agama dijadikan tujuan tertinggi dalam hidupnya, sehngga segala sesuatu dianggap sudah benar jika sudah beragama dan beribadah, sudah sampai kepada Tuhan jika sudah beragama dan beribadah, sudah benar di hadapan Tuhan jika sudah beragama dan beribadah, dan semua perbuatan yang mengatasnamakan agama dan Tuhan dianggap memuliakan Tuhan.

Tetapi sebenarnya adanya ego dan keakuan, dogma dan doktrin, pencitraan dan pengkultusan itu justru telah mendorong manusia untuk semakin meninggikan agama, bukan meninggikan Tuhan, mempertuhankan agama, bukannya mempertuhankan Tuhan, kenal agama tapi tidak kenal Tuhan, hanya tahu agama saja tapi tidak tahu siapa Tuhannya, rasa keagamaannya tinggi tapi rasa ketuhanannya rendah, agamis tapi tidak berketuhanan, hatinya jauh dari Tuhan, dan itu sudah menyebabkan berdoa bersugesti langsung kepada Tuhan saja tidak bisa, padahal itu adalah esensi dari orang hidup beragama, berkepercayaan dan berketuhanan.

Jauhnya hati dari Tuhan itu pula yang sudah mendorong orang memiliki / menjadikan benda-benda tertentu sebagai perantaranya berdoa bersugesti kepada Tuhan, seolah-olah benda-benda itu benar dapat mengantarkan doanya kepada Tuhan.

Jauhnya hati dari Tuhan itu pula yang sudah mendorong orang menjadikan benda-benda tertentu sebagai sarananya berdoa bersugesti kepada Tuhan, perilakunya seperti orang-orang yang berhala, animisme / dinamisme, seolah-olah benda-benda itu benar adalah pengejawantahan keberadaan Tuhan.

Jauhnya hati dari Tuhan itu pula yang sudah mendorong orang mencari-cari figur-figur tertentu sebagai perantara mereka berdoa kepada Tuhan, seolah-olah figur-figur itu benar dapat mengantarkan doanya kepada Tuhan dan Tuhan menurunkan berkatNya melalui figur-figur itu.

Jauhnya hati dari Tuhan itu pula yang sudah mendorong orang mencari-cari tempat-tempat tertentu yang dianggap mengandung berkah sebagai tempat mereka berdoa dan meminta berkah, seolah-olah tempat-tempat itu benar menjadi tempat Tuhan menurunkan berkatNya. Dengan perilakunya itu mereka sudah berlaku sama dengan orang-orang yang berhala, ngalap berkah.

Jauhnya hati dari Tuhan itu pula yang sudah mendorong orang menciptakan doa-doa yang khusus, yang manis di telinga, dan yang panjang-panjang, seolah-olah benar dengan doa-doa khusus itu, kata-kata yang manis dan doa-doa panjangnya menjadikan mereka orang-orang saleh dan menjadi lebih diperhatikan Tuhan.


Tuhan memberikan Cahaya dan Kuasa-Nya ke seluruh penjuru bumi, sebagai tanda bahwa Tuhan menaungi kehidupan di bumi, sehingga sekalipun ada banyak tempat di bumi yang belum terjamah agama-agama formal manusianya tetap dapat memiliki kearifan dan rasa ketuhanan.

Cahaya dan Kuasa Tuhan menyelimuti seluruh kehidupan di bumi, sehingga manusia yang percaya dan  menyelaraskan dirinya dengan penghayatan / kebatinan ketuhanan akan dapat menumbuhkan kekuatan batin dan sukma yang besar. 

Cahaya dan Kuasa Tuhan menyelimuti seluruh bumi. Mereka yang memerlukan pertolongan Tuhan bisa menggunakan kuasaNya itu dengan berdoa, atau untuk meminta petunjuk dengan menghayati kebersamaan dan kedekatanNya dengan Tuhan. Kuasa Tuhan juga bisa "dipinjam" dengan menyebut namaNya dan sejalan dengan kekuatan sugesti dan kekuatan pengimanan masing-masing pelakunya di dalam penghayatan kepercayaan kepada kuasa Tuhan itu manusia dapat juga melakukan berbagai perbuatan yang ajaib.

Kuasa dan Cahaya Tuhan itu tidak bisa dipahami hanya dengan menekuni agama dan ibadah formal saja, apalagi menyandarkan kepercayaannya hanya pada dogma dan doktrin agama dan pengkultusan yang berasal dari pemikiran manusia sendiri seolah-olah itu adalah ajaran Tuhan, karena tujuan dasar dari berbagai ajaran ketuhanan dan agama bukanlah untuk dianut seperti baju seragam sekolah yang dipakai sebagai lambang identitas, tetapi adalah untuk membentuk kearifan kehidupan manusia sebagai mahluk yang sudah mengenal Tuhan, supaya dapat menyelaraskan kehidupannya dengan kehidupan yang menjadi kehendak Tuhan, supaya dapat hidup sebagai mahluk yang sudah mengenal Tuhan (yang bukan sekedar mengenal agama saja), supaya nantinya dengan hidupnya yang sudah mengenal Tuhan itu manusia layak kembali diterima menyatu dengan Penciptanya.

Orang harus memiliki kearifan yang tinggi dan sikap kerohanian yang benar dalam berkeagamaan dan berketuhanan untuk ia dapat dengan benar memahami Tuhan dan ketuhanan dan untuk bisa menyelaraskan kehidupannya dengan kehidupan yang menjadi kehendak Tuhan, sehingga kemudian manusia akan dapat menyadari bahwa agama bersifat pribadi bagi para penganutnya dan tidak boleh dipaksakan kepada orang lain, apalagi digunakan untuk menghakimi orang lain.


Dalam tulisan ini Penulis tidak mengedepankan agama, yang Penulis tekankan adalah aspek ketuhanannya, karena agama hanyalah sebagian saja dari jalan / laku manusia berketuhanan. Jika pun di dalamnya ada kesamaan atau ketidaksamaan pandang dengan jalan keagamaan tertentu, tetap saja yang dikedepankan adalah sisi ketuhanannya, bukan agama. dan terserah manusianya sendiri sejauhmana ia akan berketuhanan, apakah hanya akan sebatas agamanya saja ataukah akan lebih jauh lagi menjalani laku berketuhanan.

Ketuhanan mengandung unsur rasa batin, panggilan batin dan rasa ketuhanan yang menarik orang untuk mengenal Tuhan-nya dan untuk berketuhanan, mendorong rasa percaya akan keberadaan Tuhan, mendorong orang untuk memuja dan memuliakan Tuhan. Adanya agama dan jalan kepercayaan akan mengakomodir keinginan batin manusia untuk mengenal Tuhan dan untuk berketuhanan dan menuntunnya dalam tatalaku beribadah.

Tetapi adanya unsur pemujaan akan cenderung menjauhkan manusia dari pengenalan yang benar tentang "Pribadi" yang mereka puja. Termasuk kepercayaan dalam bentuk agama atau bentuk formal berketuhanan yang lain, dalam hal manusia mengimani agama dan beribadah adanya unsur pemujaan di dalamnya akan cenderung menjauhkan manusia dari pengenalan yang benar tentang Tuhan, dalam hidupnya beragama akan dipenuhi dengan persepsi dan pencitraan tentang Tuhan yang cenderung melebih-lebihkan, akan memunculkan banyak pengkultusan dan memunculkan pemaksaan kepercayaan dalam bentuk dogma dan doktrin, yang itu akan membuat manusia semakin tidak mengenal Tuhan, hanya tahu agama saja, Tuhan hanya ada sebatas persepsi dan pencitraannya sendiri saja.

Agama hanyalah salah satu saja jalan bagi manusia untuk berketuhanan, tuntunan supaya manusia dapat mengenal Tuhan dan beribadah kepadaNya, jangan agama malah dinomorsatukan menggantikan ketuhanan.

Seharusnya semua orang mengenal lebih dulu Tuhan-nya, tentang siapa Tuhan yang harus disembahnya, barulah kemudian ia menentukan sendiri jalan agama / ketuhanan yang sesuai untuk mengakomodir rasa ketuhanannya itu. Jangan lebih dulu berkeras dengan agama tanpa lebih dulu tahu siapa sebenarnya Tuhan yang harus disembahnya. Dan jangan menyembah Tuhan dengan jalan penyembahan yang salah.

Adanya rasa ketuhanan itulah yang menentukan ada-tidaknya panggilan batin manusia untuk mengenal Tuhan, untuk beragama, untuk mengimani agama, untuk beriman dan untuk beribadah kepada Tuhan.

Rasa ketuhanan itulah yang menentukan ada-tidaknya panggilan batin manusia untuk memuliakan dan mengagungkan Tuhan (memuliakan Tuhan tidak sama artinya dengan memuliakan agama).

Yang umum terjadi, semakin kuat rasa keagamaan seseorang, semakin berkurang rasa ketuhanannya.
Kurangnya rasa ketuhanan akan menjauhkan manusia dari keinginan untuk mengenal Tuhan.
Kurangnya rasa ketuhanan akan menjauhkan manusia dari keinginan untuk berketuhanan.
Kurangnya rasa ketuhanan akan menjauhkan manusia dari keinginan beriman dan beribadah kepadaNya.
Kurangnya rasa ketuhanan juga menyebabkan manusia merasa beriman, walaupun enggan beribadah.
Kurangnya rasa ketuhanan juga menyebabkan manusia merasa beriman, walaupun sehari-harinya dirinya mengabaikan Tuhan dan agama / ibadah.
Kurangnya rasa ketuhanan akan menjauhkan manusia dari memuliakan Tuhan, hanya memuliakan dirinya sendiri, agama dijadikan alat / kedok saja untuk memuliakan dirinya sendiri di mata orang lain.
Kurangnya rasa ketuhanan juga menyebabkan manusia merasa beriman, yang walaupun rajin beribadah, tetapi perbuatan-perbuatannya kerap menyimpang dari budi pekerti dan kesusilaan, tidak mencerminkan perbuatan-perbuatan mulia dari sesosok pribadi mulia yang sudah mengenal Tuhan, tetapi tetap dirinya merasa beriman.
Kurangnya rasa ketuhanan akan membuat manusia merasa dirinya besar, tidak takut kepada Tuhan, tidak takut hukuman Tuhan, karena hatinya jauh dari Tuhan. Ia akan mencari pembenaran agama atas perbuatan-perbuatannya yang tidak patut supaya perbuatannya tampak benar.

Rasa ketuhanan yang tinggi akan memampukan orang mengenal sifat-sifat dan kehendak Tuhan dan akan lebih bisa menyelaraskan perbuatan-perbuatannya dengan perbuatan-perbuatan yang menjadi kehendak Tuhan, akan lebih bisa memahami Kemuliaan dan Keagungan Tuhan dan akan lebih tahu bagaimana seharusnya manusia memuliakan dan mengagungkan Tuhan dengan perbuatan-perbuatan yang patut.

Tetapi kurangnya rasa ketuhanan akan mendorong orang untuk memuliakan dan mengagungkan dirinya sendiri saja dan agamanya, dan banyak orang yang untuk mengakomodir hasrat dan keinginan pribadinya mereka menghalalkan perbuatan-perbuatan yang tidak patut, dianggap halal selama perbuatan-perbuatan itu dihubungkan dengan agama. Dan banyak orang menganggap "halal" perbuatan-perbuatan tidak patutnya selama perbuatan-perbuatannya itu mengatasnamakan agama dan Tuhan. Agama dijadikan alat untuk "menghalalkan" perbuatan. Hatinya tidak memuliakan dan mengagungkan Tuhan, hanya memuliakan dirinya sendiri saja, memuliakan hasrat pribadinya. Kemuliaan dan Keagungan Tuhan hanya manis di bibir saja.

Kurangnya rasa ketuhanan akan membuat orang tidak memiliki rasa dan pemahaman tentang Kemuliaan dan Keagungan Tuhan dan tidak tahu bagaimana memuliakan dan mengagungkan Tuhan dengan perbuatan-perbuatan yang patut. Pengetahuannya hanya sebatas agama saja. Untuk memuliakan dan mengagungkan Tuhan orang akan mencari-cari cara dan perbuatan yang mengatasnamakan agama yang kira-kira bisa diartikan sebagai memuliakan dan mengagungkan Tuhan, banyak memunculkan dogma dan doktrin tentang memuliakan dan mengagungkan Tuhan, mengada-ada. Bahkan semua perbuatan jahat, licik dan keji akan dianggap memuliakan dan mengagungkan Tuhan selama perbuatan-perbuatan itu dihubungkan dan diatas-namakan agama dan Tuhan, dianggap membela agama dan Tuhan, walaupun perbuatan itu tidak patut dari sudut pandang hati nurani dan pikiran orang yang normal dan sudah membuat nama agama dan Tuhan menjadi hina dan nista.


Ketika kita bicara Tuhan, kebanyakan yang kita bicarakan adalah Tuhan menurut ctra dan persepsi kita sendiri, Tuhan menurut agama dan cerita agama yang kemudian kita citrakan di dalam hati dan pikiran kita, yang itu bukanlah Tuhan yang sesungguhnya di atas sana, hanya citra Tuhan saja yang kita citrakan sendiri di dalam hati dan pikiran kita sendiri. Dengan adanya persepsi dan pencitraan itu kemudian kita merasa tahu Tuhan, merasa mengenal Tuhan, walaupun sebenarnya itu hanyalah persepsi kita saja, hanya pencitraan kita saja, bukan menunjukkan bahwa kita sudah kenal dan tahu Tuhan yang keberadaanNya di atas sana. Dan persepsi kita tentang Tuhan itu tidak selalu sama dengan persepsi orang lain walaupun masih dalam satu agama yang sama yang itu bisa memunculkan perdebatan dan perselisihan yang berkepanjangan dan bisa sampai memunculkan perpecahan dan pertikaian.

Tentang Tuhan, masing-masing agama dan jalan ketuhanan "merasa" mempunyai "Tuhan" sendiri-sendiri, dan "Tuhan" mereka itu tidak semuanya sama. Masing-masing agama dan jalan ketuhanan mempunyai pencitraan dan persepsi sendiri-sendiri tentang Tuhan. Masing-masing tokoh-tokohnya / pemuka agamanya juga mempunyai pencitraan dan persepsi sendiri-sendiri tentang Tuhan yang juga tidak selalu semuanya sama. Begitu juga dengan para penganutnya, walaupun mereka masih seagama, pencitraan dan persepsi mereka tentang Tuhan tidak selalu semuanya sama. Pencitraan tentang Tuhan itu sudah memunculkan persepsi ketuhanan yang berbeda-beda tidak persis sama, walaupun masih seagama, sehingga kemudian muncul banyak perbedaan pandangan, bahkan sampai memicu perpecahan dan memunculkan aliran-aliran, mazhab dan sekte-sekte.

Sekalipun orang-orangnya masih dalam satu agama yang sama, pengertian tentang Tuhan tidak selalu persis sama pada para penganutnya. Persepsi ketuhanan yang berbeda-beda itu kemudian akan memunculkan banyak perbedaan pandangan, memunculkan aliran-aliran dan sekte-sekte dalam suatu agama. Apalagi bila dibandingkan dengan orang-orang lain yang berbeda agama. Tetapi secara positif adanya perbedaan pandangan itu seharusnya bisa menambah wawasan ketuhanan kita, minimal kita menjadi tahu bahwa ada pandangan ketuhanan lain yang berbeda dengan pandangan kita yang itu akan bisa menambah kebijaksanaan kita dalam berketuhanan, jangan kita malah ribut saling mempertentangkan pandangan, atau malah saling berseteru antar aliran dan antar sekte atau saling menghina dan menjatuhkan.

Kalau kita bicara Tuhan seharusnya fokus kita adalah kepada Tuhan itu sendiri, kepada Sosok PribadiNya, mengedepankan pengenalan kita pribadi terhadap sosok "Pribadi" yang disebut Tuhan, bukannya ngotot mengedepankan agama dan dalil-dalil agama, apalagi sampai ngotot mempertentangkan kebenaran antar agama.

Begitu juga kalau kita ingin menemukan Tuhan, itu harus dilakukan dengan kita fokus pada Sosok PribadiNya dan pada KeberadaanNya yang nyata, bukannya mengedepankan persepsi kita sendiri tentang Tuhan atau kita ngotot meninggikan agama seolah-olah dengan itu kita benar sudah tahu Tuhan atau sudah mencapai Tuhan.

Untuk kita benar-benar menemukan Tuhan atau untuk mendekat kepada Tuhan hanya bisa dilakukan secara pribadi, tidak cukup hanya dengan mendalami agama atau sekedar mengikuti saja tuntunan dan peribadatan agama, karena agama itu hanya berfungsi mengenalkan kita pada adanya Tuhan, sifat-sifatNya dan kehendak-kehendakNya yang sudah tertuang di dalam firman-firmanNya, tetapi untuk menemukan / mencapai Tuhan itu harus dilakukan secara pribadi. Selanjutnya itu akan menjadi hubungan yang pribadi antara si manusia dengan Tuhan.

Pemahaman yang salah tentang agama, tentang agamanya sendiri maupun agama orang lain, akan semakin menjauhkan manusia dari ketuhanan yang benar, menjauhkan manusia dari Tuhan yang benar, karena Tuhan yang benar menurut pendapatnya hanyalah Tuhan yang ada dalam pikirannya saja, Tuhan menurut pemikiran dan pendapatnya sendiri, Tuhan menurut pencitraan dan persepsinya sendiri.

Yang Penulis nomor-satukan adalah supaya manusia mampu mengenal Tuhan dengan benar (Tuhan yang benar, bukan hanya mencitrakan Tuhan di dalam hati dan pikiran saja). Sesudah bisa mengenal Tuhan dengan benar manusia akan tahu peribadatan dan keagamaan bagaimana yang seharusnya dilakukannya. Sesudah itu terserah si manusianya sendiri sejauhmana ia akan berketuhanan, apakah hanya akan sebatas agamanya saja ataukah akan lebih jauh lagi berusaha mengenal Tuhan yang sesungguhnya dan kemudian dengan benar datang sendiri menyembah dan beribadah kepadaNya.



 Kebatinan Agama dan Kebatinan Ketuhanan

Dalam ketekunan hidup berkeagamaan / berkepercayaan, apapun "bentuk" agamanya, secara umum ada 2 jenis laku kebatinan di dalamnya, yaitu kebatinan agama dan kebatinan ketuhanan.
Kebatinan agama fokusnya kepada jalan keagamaan.
Kebatinan ketuhanan fokusnya kepada Tuhan dan aspek ketuhanan.

  Kebatinan agama

Kebatinan agama fokusnya kepada jalan keagamaan.
Kebatinan agama dilakukan dengan melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajiban dalam beragama, ditambah usaha yang lebih untuk mendalami detail agama dan sisi kebatinan dan spiritual dalam agama.

Kebatinan agama terutama dilakukan oleh para pemuka / tokoh agama untuk mendalami detail agama dan sisi kebatinan dan spiritual dalam agama yang kemudian diajarkannya kepada para penganut agama mereka yang umumnya kemudian akan menjadi ajaran resmi dalam agama mereka (juga menjadi dogma dan doktrin).

Kebatinan dalam beragama dilakukan juga oleh orang-orang umum para penganut agama, baik dilakukan secara pribadi maupun melalui perkumpulan / komunitas keagamaan dengan cara rajin menekuni jalan kepercayaan dan mendalami pengetahuan agamanya, rajin beribadah, rajin membaca kitab suci, banyak berdoa dan tekun menjalankan perintah-perintah dalam agama. Itu akan menguatkan rasa keagamaan mereka, menjadi tidak sama lagi dengan sebelumnya yang hanya sekedar menjalankan agama sebatas kewajiban ibadah formal / rutinitas saja.

Itu juga sudah berkebatinan.

Orang-orang yang tekun menjalani kebatinan agama akan mempunyai pemahaman / pengetahuan, keyakinan dan penghayatan yang lebih atas agamanya, mendorong orang menjadi pribadi yang agamis. Rasa keagamaannya lebih tinggi dibandingkan orang lain yang menjalankan agamanya hanya sebatas rutinitas / formalitas saja, apalagi dibanding orang-orang yang mengabaikannya.

Tetapi rasa keagamaan yang terlalu kuat dapat memunculkan rasa dan keinginan yang lebih untuk memuliakan dan "meninggikan" agama, meninggi-ninggikan agama, memuja-muja agama, mempertuhankan agama lebih daripada mereka mempertuhankan Tuhan. Segala sesuatu akan selalu dihubungkan (dan dinilai) dengan agama. Segala sesuatu harus sejalan dengan agama (agama menurut pemikiran mereka sendiri). Semua akan dianggap benar jika sudah beragama, bahkan dianggap sudah sampai kepada Tuhan jika sudah beragama.  Agama akan dipandang sebagai tujuan tertinggi dalam hidupnya dan apa yang sudah menjadi ajaran dan dogma dalam agama harus diwujudkan / dilaksanakan, karena semuanya akan dianggap benar hanya bila sudah sejalan dengan agama (agama menurut pemikiran mereka sendiri), karena segala sesuatu akan selalu dihubungkan (dan dinilai) dengan agama.

Rasa keagamaan yang terlalu kuat akan memunculkan rasa yang lebih untuk memuliakan dan "meninggikan" agama, mendorong orang untuk mempertuhankan agama lebih daripada mereka mempertuhankan Tuhan. Tetapi rasa keagamaan yang terlalu kuat dapat menurunkan rasa ketuhanan, bahkan banyak orang-orang agamis yang rendah rasa ketuhanannya. Rasa ketuhanan yang rendah akan menjadikan manusia tidak tahu bagaimana seharusnya memuliakan Tuhan dengan perbuatan-perbuatan yang patut, mendorong manusia tidak menghormati dan tidak memuliakan Tuhan, tahunya hanya memuliakan agama saja, membuat manusia tidak takut kepada Tuhan dan tidak takut hukuman Tuhan. Sekalipun dalam sehari-harinya perbuatan-perbuatannya menyimpang dari ajaran budi pekerti dan kesusilaan, tetapi semuanya itu akan diabaikan, dianggap semuanya baik-baik saja selama mereka rajin beribadah dan rajin menjalankan sisi formal agama, dianggap semua kesalahan dan dosa dapat ditebus dengan mereka rajin beribadah dan rajin menjalankan sisi formal agama. Kerajinan beribadah formal dijadikan standar kesalehan.

Rasa keagamaan yang terlalu kuat dapat memunculkan panggilan batin lain atau ibadah-ibadah lain yang semuanya itu, walaupun bersifat pribadi, akan dianggap sebagai bagian dari agama. Semua kewajiban formal beribadah akan dijalankan, dan semua orang yang tidak menjalankan kewajiban agama akan dianggap sikap keagamaannya tidak benar, dianggap tidak kuat agamanya, dianggap tidak saleh, atau bahkan dianggap tidak "beriman", dan yang agamanya tidak sejalan dengannya akan dianggap "rendah", dianggap sesat / kafir.

Rasa keagamaan yang terlalu kuat dapat membangkitkan fanatisme yang kuat dan dapat memunculkan istilah "katak di dalam tempurung",  tidak mempunyai hikmat dan kebijaksanaan yang lebih untuk mengetahui (dan menerima) kebenaran lain selain kebenaran menurut dirinya sendiri, selain yang sudah resmi menjadi ajaran dan dogma agama yang mereka yakini, yang itu bisa menjadi pemicu perselisihan dengan sesama penganut agama, walaupun masih dalam lingkup satu agama yang sama, karena masing-masing orang "membela" dan "memperjuangkan" kebenaran ajaran dan dogma mereka sendiri-sendiri, apalagi dengan orang-orang yang berbeda agamanya.

Rasa keagamaan yang terlalu kuat juga dapat menurunkan kadar hikmat dan kebijaksanaan untuk mengetahui (dan menerima) kebenaran lain tentang Tuhan dan agama. Pengetahuannya tentang Tuhan hanyalah sebatas apa yang dimengerti dari yang sudah dinyatakan / diajarkan dalam agama, tidak lebih, dan tidak boleh lebih, apalagi menyimpang dari itu. Orang akan mudah bertikai karena membela kebenaran agama (kebenaran agama menurut dirinya sendiri) dan akan mudah mengkafir-kafirkan orang lain yang tidak sejalan.

Rasa keagamaan yang terlalu kuat akan mendorong orang meninggikan agama, memuja agama, sehingga kemudian orang akan terdorong untuk melakukan pencitraan, pengkultusan dan dogma tentang agama dan Tuhan, bahkan mungkin ada banyak cerita agama yang sifatnya mengada-ada, yang walaupun itu dimaksudkan untuk meninggikan agama (dan figur-figur tertentu tokoh agama), tetapi tetap saja itu sifatnya sama dengan dusta (dusta di dalam agama). Rasa keagamaan yang terlalu kuat akan mendorong orang meninggikan agama, tetapi akan memiliki hikmat dan kebijaksanaan yang rendah untuk bisa menilai benar-tidaknya dan patut-tidaknya praktek dan ajaran agama / dogma dan cerita agama yang keliru, apalagi yang secara umum sudah berlaku.

Rasa keagamaan yang terlalu kuat juga dapat menurunkan kadar hikmat dan kebijaksanaan untuk mengetahui (dan menerima) kebenaran lain tentang Tuhan, tentang kegaiban Tuhan, kebijaksanaannya rendah untuk mau membedakan kegaiban duniawi dengan kegaiban Tuhan, malah semua perbuatan gaib / ajaib akan disamakan sebagai kegaiban / karunia Tuhan jika berlatar-belakangkan agama atau mengatasnamakan Tuhan.

Kebatinan keagamaan ini dapat menambah kuat pemahaman dan keyakinan orang akan "agama"-nya dan detail firman-firmanNya yang sudah tersurat dan resmi diajarkan dalam agamanya, mendorong orang menjadi pribadi yang agamis, tetapi di sisi lain juga dapat memunculkan masalah / perselisihan dengan sesama penganut agama, walaupun masih satu agama, karena adanya perbedaan pemahaman tentang agama, terlebih lagi dengan orang-orang yang berbeda agama.

Terlalu berfokus pada agama juga dapat menurunkan rasa ketuhanan, tidak terdorong untuk "meninggikan" Tuhan, lebih terdorong untuk "meninggikan" agama, tahu detail agama, tapi bisa-bisa malah tidak tahu siapa sesungguhnya Tuhannya. Keterbatasan pengenalan akan Tuhan akan mendorong orang untuk melakukan pencitraan dan pengkultusan yang cenderung melebih-lebihkan dan memunculkan ajaran / dogma tentang agama dan Tuhan seolah-olah benar itu adalah ajaran Tuhan. Semuanya dianggap harus sesuai dengan yang sudah resmi diajarkan dalam agama, tidak terdorong untuk mencaritahu kesejatian Tuhan yang sebenarnya, dan cenderung akan menolaknya, karena itu akan bertabrakan dengan pencitraan, pengkultusan dan dogma mereka tentang agama dan Tuhan, malah mereka akan mengucilkan / menghukum orang-orang yang melakukannya.



  Kebatinan Ketuhanan

Kebatinan ketuhanan fokusnya kepada Tuhan dan aspek ketuhanan.
Kebatinan ketuhanan dilakukan dengan melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajiban dalam beragama, ditambah usaha yang lebih untuk pemahaman dan pengenalan tentang Tuhan, tentang sisi PribadiNya yang tidak semuanya tersurat di dalam agama dan kitab suci, tidak membatasi pengenalan tentang Tuhan pada apa yang sudah resmi diajarkan dalam agama.

Kebatinan ketuhanan selain yang dilakukan oleh para pemuka / tokoh agama, juga dilakukan secara pribadi oleh orang-orang umum untuk lebih mengenal Tuhannya, untuk lebih mengenal sisi pribadiNya, dan untuk lebih bisa dan lebih baik dalam memahami kehendak-kehendakNya yang dinyatakan di dalam tiap-tiap FirmanNya.

Secara umum kebatinan ketuhanan, walaupun banyak juga yang dilakukan melalui perkumpulan / komunitas keagamaan, tetapi lebih banyak yang dilakukan orang secara pribadi. Selain dilakukan dengan rajin menekuni jalan kepercayaan dan mendalami pengetahuan agamanya, rajin beribadah, berdoa, rajin membaca kitab suci, menjalankan perintah-perintah agama, juga melakukan usaha yang lebih dengan penekanan yang utama pada usaha untuk lebih mengenal sejatiNya Tuhan, memahami sisi pribadi-Nya dan memahami sifat-sifat Tuhan, dan untuk lebih bisa memahami sikap berpikir Tuhan, untuk bisa mengetahui aslinya kehendak-kehendak Tuhan di dalam setiap Firman-FirmanNya, bukan sebatas mengikuti saja apa yang sudah resmi menjadi ajaran agama dan dogma dan pencitraan tentang Tuhan, dan untuk lebih mendekatkan dirinya (hatinya) dengan Tuhannya, menjadi hubungan yang pribadi dirinya dengan Tuhannya, yang itu akan menguatkan rasa ketuhanannya, bukan sebatas rasa beragama saja.

Itu juga berkebatinan.

Orang-orang yang tekun menjalani kebatinan ketuhanan akan mempunyai pemahaman, keyakinan dan penghayatan yang lebih atas Sejatinya Tuhan, lebih bisa memahami sisi Pribadi Tuhan, lebih bisa memahami sifat-sifat Tuhan, dan akan lebih bisa memahami sikap berpikir Tuhan di dalam Ia mengeluarkan Firman.
Rasa ketuhanannya akan lebih tinggi.

Rasa ketuhanan yang kuat akan dapat memunculkan rasa yang lebih untuk memuliakan dan meninggikan Tuhan. Rasa ketuhanan yang kuat akan mendorong orang menjadi pribadi yang religius. Semua kewajiban beribadah akan dijalankan dengan rasa ketuhanan , bukan sebatas rasa beragama atau sebatas kewajiban beragama saja. Rasa ketuhanannya akan dijalankannya dalam kehidupannya sehari-hari, selalu menjaga budi pekerti dan perintah-perintah Tuhan, mendorong manusia menghormati dan memuliakan Tuhan dengan perbuatan-perbuatan yang patut, mewujud menjadi pribadi yang religius, tidak ingin mengecewakan Tuhan, takut hukuman Tuhan, takut Tuhan berpaling darinya. Perbuatan-perbuatan dan pemahaman keagamaannya lebih daripada sekedar menjalankan saja ajaran dan kewajiban formal beragama.

Rasa ketuhanan yang kuat akan juga memunculkan rasa yang lebih untuk memuliakan dan meninggikan Tuhan, dapat memunculkan panggilan batin lain atau mendorong orang melakukan ibadah-ibadah lain yang lebih daripada sebatas yang sudah resmi diwajibkan dalam agama.

Rasa ketuhanan yang kuat akan membangkitkan hikmat dan kebijaksanaan yang lebih untuk mengetahui (dan menerima) kebenaran lain tentang Tuhan, tentang kegaiban Tuhan, dan mempunyai kebijaksanaan untuk bisa membedakannya dengan kegaiban duniawi, walaupun kegaiban duniawi itu mengatasnamakan Tuhan dan agama.

Rasa ketuhanan yang kuat akan dapat membangkitkan hikmat dan kebijaksanaan yang lebih untuk mengetahui (dan menerima) kebenaran lain tentang Tuhan dan agama, menjadi lebih mengerti Tuhan dan agama, sehingga akan juga memiliki kebijaksanaan yang lebih untuk bisa menilai praktek dan ajaran agama / dogma yang keliru, bukan semata-mata mengikuti saja ajaran, dogma dan doktrin walaupun itu sudah umum berlaku.

Kebatinan ketuhanan ini akan menambah hikmat pemahaman / pengenalan manusia akan sisi Pribadi Tuhan dan aslinya kehendak-kehendakNya dalam setiap firman-firmanNya, tetapi di sisi lain juga dapat memunculkan masalah / perselisihan dengan sesama penganut kebatinan ketuhanan, karena adanya perbedaan pemahaman tentang Tuhan dan ketuhanan, terlebih lagi dengan orang-orang yang berpikiran agama / agamis.

Terlalu fokus pada Pribadi Tuhan juga dapat menurunkan rasa keagamaan, tidak terdorong untuk "meninggikan" agama, dapat terdorong untuk tidak mengedepankan peribadatan formal, dapat terdorong menjadi berperilaku walaupun religius, tetapi tidak agamis, yang oleh orang lain yang agamis akan dianggap sebagai tidak agamis, dianggap tidak kuat agamanya, atau dianggap tidak "saleh".

Terlepas dari pandangan dan pendapat apakah masing-masing laku kebatinan di atas itu baik, atau tentang mana yang lebih baik, atau apakah jalan keagamaan yang dilakukan oleh seseorang sudah benar, atau apakah pengenalan / pemahaman seseorang tentang Tuhan sudah benar sesuai sebenarnya Tuhan, penekanan yang lebih pada salah satu saja sisi kebatinan di atas dapat menimbulkan efek yang tidak baik, atau dipandang oleh orang lain begitu. Karena itu ada baiknya kita menjalankan kehidupan kerohanian kita tanpa ada sikap mengabaikan satu sisi, supaya tidak menimbulkan efek yang tidak baik, atau dipandang oleh orang lain begitu. Tetapi apapun jenisnya, kebatinan agama ataupun kebatinan ketuhanan, itu akan menambah nilai pada sisi kebatinan kita dan akan menambah kekuatan sukma kita dari kuatnya keyakinan dan penghayatan kita, dibandingkan bila kita mengabaikannya.



 Olah Batin dan Spiritual Dalam Berketuhanan / Berkeagamaan

Dalam kehidupan manusia ada banyak sekali cerita, dogma dan doktrin dan pengkultusan tentang Tuhan. Tetapi Tuhan mempunyai jalanNya sendiri yang mungkin kita tidak tahu dan tidak semuanya sama dengan yang dikatakan orang dalam agama. Diperlukan kekritisan dan hikmat ketuhanan untuk kita bisa memilah-milah mana cerita, dogma dan doktrin dan pengkultusan tentang Tuhan yang benar dan mana yang salah yang seharusnya tidak kita amini.

Dalam kehidupan berketuhanan ada baiknya supaya jangan kita hanya mengikuti saja dogma berserah dan bersandar kepada Tuhan, karena itu tidak cukup. Kita harus selalu  tersambung  dengan Tuhan supaya kita selalu terperhatikan olehNya.

Mungkin perlu untuk kita bisa membedakan pengertian agama dengan ketuhanan.
Tuhan tidak sama dengan agama.
Begitu juga sebaliknya, agama tidak sama dengan Tuhan.
Ada saatnya kita fokus menjalankan keagamaan dan tata aturannya.
Di saat yang lain, walaupun masih dalam lingkup keagamaan, ada saatnya yang kita harus fokus langsung kepada Tuhan, bukan kepada agama dan tata aturannya.

Dalam kita menjalankan peribadatan agama, bersembahyang, ritual-ritual keagamaan, dsb, tatacara di dalam keagamaan seharusnya dijalankan dengan benar sesuai tata aturannya yang berlaku.

Tetapi dalam kita berdoa (berdoa pribadi), fokus kita haruslah langsung kepada Tuhan, bukan kepada agama dan jangan menempatkan diri terkungkung di dalam agama.

Berkat dan hikmat yang dari Tuhan adalah berasal dari Tuhan, harus dimintakan langsung kepada Tuhan, bukan kepada agama. Kalau kita menginginkan berkat Tuhan, fokus kita haruslah langsung kepada Tuhan, bukan kepada agama dan tata aturannya.

Begitu juga bila ada keinginan untuk kita "tersambung", atau bahkan "manunggal" dengan Tuhan, fokus kita haruslah langsung kepada Tuhan, bukan kepada agama. Sebelumnya kita harus sudah lebih dulu tahu Tuhan, dengan "Tuhan" yang mana kita ingin tersambung / manunggal. Jangan sampai salah.

Dalam hal ini jangan kita terjebak dalam pemikiran sempit fanatisme agama.
Kalau kita dengan benar memandang agama sebagai jalan ketuhanan, sebagai jalan kita pribadi menuju Tuhan, ditambah laku kebatinan ketuhanan untuk kita tersambung langsung dengan Tuhan, maka nantinya kita akan tahu sendiri apakah jalan dan agama kita itu sudah benar menuju Tuhan yang benar ataukah tidak.

Tetapi jika kita hanya berkeras pada "baju" agama saja, kita tidak akan tahu apa-apa apakah jalan kita itu benar menuju Tuhan yang benar karena kita akan terdorong untuk meyakini dan meninggikan citra dan persepsi kita sendiri tentang Tuhan dan agama dan akan terdorong untuk menekankan keseragaman baju agama kita saja. Itu juga sebenarnya yang sudah menimbulkan banyak pertikaian, karena walaupun baju seragamnya sama, tapi ternyata ada bagian di baju itu yang tidak semuanya seragam.

Atau mungkin memang kita sendiri yang masih tidak bisa membedakan pengertian agama dengan ketuhanan, walaupun sudah diusahakan menggunakan kalimat dan bahasa yang sederhana dan universal, karena kita sudah terbiasa berpikiran agama, sudah terbiasa berpikiran sempit hanya pada agama saja, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan dan ketuhanan selalu dihubungkan dengan agama, dan setiap kita berbicara tentang Tuhan dan ketuhanan selalu dibelokkan menjadi berbicara agama, sehingga setiap kita berbicara tentang Tuhan dan ketuhanan, jika kita berbicara dengan orang-orang yang seagama kita tidak boleh berbicara menyimpang dari yang sudah digariskan oleh agama, supaya tidak dikatakan sesat, murtad, kafir, dan jika kita berbicara dengan orang yang berbeda agama selalu berpotensi memunculkan perselisihan.



Di dalam halaman ini dituliskan konsep olah rasa penghayatan kebatinan dalam berkeagamaan / berketuhanan yang tujuannya adalah untuk kita bisa berdoa / beribadah kepada Tuhan bukan hanya secara formal agama saja, bukan hanya sebatas kewajiban agama, dan bukan hanya dengan tubuh, hati dan pikiran kita saja, tetapi juga dengan roh kita, untuk kita bisa tersambung dengan Tuhan (Tuhan menurut jalan kepercayaan kita masing-masing). Seluruh tubuh dan roh kita berdoa / beribadah / menyembah Tuhan yang kalau benar berhasil tercipta ketersambungan dengan Tuhan, itu akan menjadi bekal / dasar untuk kita manunggaling kawula lan Gusti.

Semua laku yang bersifat kebatinan di dalamnya selalu disebutkan tujuannya (termasuk tujuan sugestinya) dan selalu mengedepankan penghayatan, bukan mengedepankan kepintaran berpikir dan berlogika, bukan sebatas terlaksananya bentuk laku formalitasnya, bukan juga mengedepankan amalan doa dan mantra.

Selain ketekunannya, pemahaman seseorang akan tujuan lakunya dan kualitas penghayatan dan penjiwaannya dalam lakunya itu akan sangat membedakan hasil yang mampu diraihnya dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.

Karena itu jika seseorang menjalani suatu laku yang bersifat kebatinan, baik kerohanian maupun keilmuan, selalu dituntut supaya orangnya memahami tujuan dari lakunya itu dan mampu menghayati lakunya, sehingga jika orang itu mengalami kesulitan dalam ia menjalani lakunya itu kemungkinan penyebabnya adalah karena ia belum bisa menghayati lakunya (atau belum tahu tujuan dari lakunya).

Jika seseorang sudah bisa menghayati lakunya, maka ia akan menemukan suatu rasa yang bersifat khusus, yang itu hanya ada dalam lakunya itu saja, tidak ada dalam aktivitasnya yang lain, yang kemudian setelah semakin didalami dan matang, maka rasa itu nantinya akan menjadi kekuatan rasa.

Kekuatan rasa setelah semakin didalami dan matang, jika seseorang menerapkan itu dalam semua aktivitas kehidupannya maka semua perbuatan-perbuatannya akan mengandung suatu kegaiban yang akan bisa dirasakan perbedaan kegaibannya dibanding jika ia melakukan perbuatan yang sama dengan sikap batin yang normal saja.

Pada tahap selanjutnya untuk ia melakukan suatu perbuatan dalam lakunya itu ia melakukannya dengan cara bersugesti, yaitu mengkondisikan sikap batinnya secara khusus , mendayagunakan penghayatan rasa untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, mendayagunakan kekuatan rasa.

Penghayatan, olah rasa dan olah sugesti adalah dasar-dasar dalam keilmuan kebatinan dan dpiritual, selalu ada dalam semua laku yang bersifat kebatinan dan spiritual yang itu harus lebih dulu bisa dikuasai oleh para pelakunya sebelum mereka menapak ke tingkatan yang lebih tinggi.

Karena itu jika para pembaca ingin mempelajari dan menjalani suatu laku yang bersifat kebatinan dan spiritual, maka poin-poin di atas harus lebih dulu dimengerti dan harus diterapkan dalam lakunya itu supaya lakunya itu lebih bisa diharapkan keberhasilannya dibanding jika poin-poin itu belum dikuasai. Pemahaman anda atas tujuan lakunya akan menuntun laku anda ke arah tujuan yang benar, tidak mengambang mengawang-awang tak tentu arah, dan selain ketekunan anda, kualitas penghayatan dan penjiwaan anda akan sangat membedakan hasil yang mampu anda raih dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.
Begitu juga dengan olah laku di dalam halaman ini yang bertema Olah Batin dan Spiritual Dalam Kerohanian / Keagamaan diharapkan untuk kita tahu tujuan dari lakunya seperti disebutkan di atas dan kita bisa melakukan penghayatan dalam laku kita berkerohanian / berketuhanan / berkeagamaan, bukan sebatas kita melaksanakan bentuk formal lakunya, bukan juga dengan mengedepankan doa-doa formal agama.
Jika kita bisa menghayati lakunya, kita akan menemukan suatu rasa yang bersifat khusus, yang itu hanya ada dalam laku itu saja, tidak ada dalam aktivitas kita yang lain. Kualitas kita atas penghayatan / penjiwaan itu akan sangat membedakan kondisi batin kita sebelum, selama dan sesudah kita melakukannya, akan ada pencerahan tersendiri dalam kerohanian kita dan itu akan membedakan kita dengan orang lain yang sama-sama seagama atau sama-sama melakukan aktivitas keagamaan yang sama. Sesudahnya setiap kita menjalani kerohanian / keagamaan / beribadah diharapkan agar kita selalu mampu menghayati laku kita itu supaya bukan hanya sebatas formalitas agama saja, tetapi juga dapat memperbaiki kualitas kerohanian kita dan dapat memperbaiki hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Kalau sesudah menjalani laku dalam halaman ini kita tidak mendapatkan pencerahan apa-apa, kemungkinan besar penyebabnya adalah karena kita belum tahu tujuannya atau kita kurang bisa menghayati lakunya.
Pada tahap selanjutnya untuk kita melakukan suatu perbuatan dalam laku kita ini kita melakukannya dengan cara bersugesti, yaitu mengkondisikan sikap batin secara khusus , mendayagunakan rasa untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, mendayagunakan kekuatan rasa  dari  ketersambungan kita dengan Tuhan.



Salah satu cara olah batin yang efektif menambah kekuatan kebatinan dan sukma (termasuk roh sedulur papat) adalah olah batin dalam kebatinan / penghayatan dalam kerohanian berketuhanan, sesuai jalan keagamaan dan kepercayaan masing-masing pelakunya.

Dalam tulisan ini Penulis mengharapkan supaya secara kebatinan, dalam kita berkepercayaan / beragama, kita bersugesti langsung kepada "Sosok" Tuhan sesuai jalan agama kita masing-masing, bukan fokus kepada agama, dan bukan kepada bentuk doanya. Dengan begitu nantinya akan langsung dapat kita rasakan "rasa" kebatinan masing-masing kita kepada Tuhan kita. Dengan kata lain diharapkan supaya di dalam kita berdoa / beribadah kita mengsugestikan fokus batin kita kepada "Sosok" Tuhan, bukan semata-mata mendasarkan diri kepada tata aturan formal agama dan bukan kepada doanya. Secara kebatinan itu dimaksudkan supaya terjadi "kontak batin" antara si manusia dengan Tuhannya.

Tetapi tampaknya awalnya akan sulit bagi banyak orang untuk bisa bersugesti langsung kepada Tuhan, orang sudah terlanjur terbiasa bersugesti mengikuti kebiasaan agama saja. Tetapi bersugesti kepada Tuhan tidaklah sesulit dibandingkan usaha menemukan Tuhan itu sendiri. Kita hanya perlu bersugesti bahwa Tuhan ada di atas sana memperhatikan kita, bukannya bersugesti kepada "citra" Tuhan di dalam hati dan pikiran kita (kecuali benar Tuhan ada di dalam hati dan pikiran kita). Dengan bersugesti begitu nantinya dalam laku kita itu kita akan bisa merasakan bedanya, apalagi sesudah kita bisa bersugesti / mengkondisikan rasa batin kita tersambung langsung dengan Tuhan.

Selama ini dalam kita berdoa kita hanya bersugesti kepada Tuhan secara agama saja, di dalam hati dan pikiran kita saja (bersugesti kepada citra Tuhan - citra Tuhan yang kita ciptakan sendiri di dalam hati dan pikiran kita), yang masing-masing citra dan persepsi tentang Tuhan itu antar orang tidak selalu sama, sehingga kemudian di kalangan umat beragama perilaku itu memunculkan banyak dogma dan doktrin dan pengkultusan tentang Tuhan yang justru semakin menjauhkan manusia dari pengenalan yang benar tentang Tuhan. Orang menjadi semakin tidak mengenal Tuhan, hanya tahu agama saja.

Dalam tulisan ini Penulis ingin mengajak para pembaca untuk mencoba berdoa, bukan hanya berdoa ditujukan kepada Tuhan, tetapi juga bersugesti tersambung langsung kepada Tuhan, mengkondisikan rasa batin kita tersambung langsung dengan Tuhan, kepada Tuhan di atas sana , bukan kepada persepsi dan "citra" Tuhan yang kita ciptakan sendiri di dalam hati dan pikiran kita sendiri (jangan berilusi).

Pengertian bersugesti kepada Tuhan yang dimaksud disini adalah supaya kita bersugesti bahwa Tuhan itu nyata ada SosokNya. Jangan mempersepsikan Tuhan sebagai "Sesuatu yang Gaib", yang mengawang-awang tidak jelas keberadaanNya, pasti juga tidak jelas ada-tidakNya. Itu akan membuat arah penyampaian doa kita menjadi tidak jelas, tidak jelas akan diarahkan kemana doa kita, tidak jelas akan disampaikan kepada siapa doa kita. Akhirnya kita akan berdoa ke dalam diri sendiri saja, berharap Tuhan tahu dan mendengarkan doa kita.

Mungkin kita memang tidak tahu seperti apa Sosok Tuhan, dan tidak tahu dimana tepatnya Tuhan berada, tetapi jangan mempersepsikan Tuhan sebagai "Sesuatu yang Gaib", yang mengawang-awang tidak jelas ada dan tidaknya. Tidak perlu kita membayang-bayangkan Sosok Tuhan seperti apa. Jangan berilusi. Persepsikan saja bahwa Tuhan ada di atas sana memperhatikan kita. Dengan begitu akan lebih mudah untuk kita menyampaikan doa-doa kita.

Dan pengertian bersugesti kepada "Sosok" Tuhan di dalam kita berdoa adalah supaya sambil kita berdoa / beribadah kita mengarahkan perhatian batin kita, mengkondisikan fokus batin kita kepada Tuhan di atas sana, atau sambil membayangkannya seolah-olah kita sedang bertatap muka berhadapan denganNya. Fokuskan batin kepada "Sosok Pribadi" yang kita tuju dalam ibadah kita. Tetapi jika kita belum tahu apa-apa tentang Tuhan, cukup fokuskan batin kita kepada Tuhan di atas sana, Dengan cara begitu akan terjadi "kontak rasa dan batin", ketersambungan kita dengan Tuhan.

Sama seperti yang kita berkomunikasi dengan orang lain, kita harus tersambung dengan orang itu, ada kontak rasa dengan orang itu, yang itu akan menjamin bahwa apa saja yang kita sampaikan akan benar sampai kepadanya.

Begitu juga dalam hal berdoa.
Berdoa adalah sarana kita berkomunikasi dan menyampaikan isi hati kita kepada Tuhan. Dan dalam berdoa itu kita harus tersambung dengan Tuhan supaya pasti bahwa penyampaian isi hati kita benar sampai kepadaNya.

Kontak rasa dan batin itu dan ketersambungan dengan Tuhan akan menjamin bahwa doa-doa dan apa yang kita sampaikan dapat benar sampai kepada Tuhan yang kita tuju (soal dikabulkan atau tidaknya itu adalah kewenangan Tuhan, tetapi cara itu menjamin bahwa doa-doa kita akan sampai kepadaNya).
Tetapi bila kita masih kesulitan bersugesti kepada Tuhan, kita tidak perlu memikirkan sosok dan wujud Tuhan seperti apa. Jangan berilusi. Cukup imani saja bahwa Tuhan ada di atas sana memperhatikan kita. Kita memfokuskan rasa dan batin kita kepada Tuhan di atas sana.

Kita tidak harus tahu seperti apa sosok dan wajah Tuhan.
Jangan membayang-bayangkanNya. Jangan berilusi.
Bersugesti kepada Tuhan harus dilakukan dengan fokus batin kepada Tuhan dan KeberadaanNya.
Bersugesti kepada Tuhan bisa dilakukan dengan rasa, fokuskan rasa kepada Tuhan di atas sana.
Melakukannya juga tidak harus lama-lama, yang penting adalah anda bisa kontak rasa tersambung dengan Tuhan di atas sana.

Jika kita sudah bisa bersugesti langsung / fokus batin kepada Tuhan, bersugesti tersambung dengan Tuhan, bisa mengkondisikan batin kita tersambung dengan Tuhan, maka tidak perlu kita mencari-cari benda ataupun figur-figur tertentu yang dikatakan sebagai orang-orang mulia / suci / kudus untuk dijadikan perantara doa kita kepada Tuhan seolah-olah benar benda-benda dan figur-figur itu bisa mengantarkan doa kita kepada Tuhan.


Berikut ini diberikan panduan dasar untuk kita bersugesti kepada Tuhan, yaitu memfokuskan rasa dan batin kita, kontak rasa dan batin kepada Tuhan di atas sana , kepada "Pribadi" yang kepadaNya kita menyembah dan beribadah. Tetapi bila kita masih kesulitan bersugesti kepada Tuhan, kita tidak perlu memikirkan sosok dan wujud Tuhan itu seperti apa. Cukup imani saja bahwa Tuhan ada di atas sana memperhatikan kita. Kita bersugesti kontak rasa dan batin kepada Tuhan di atas sana.


 1.  Hal Berdoa

Arti berdoa disini tidak sama dengan bersembahyang.
Berdoa disini adalah berdoa yang bersifat pribadi, bukan yang bersifat kewajiban agama.
Berdoa adalah komunikasi dan sikap batin masing-masing pribadi kepada Tuhan, jangan disamakan dengan sembahyang / peribadatan yang tata aturannya sudah dibakukan di dalam agama / organisasi keagamaan.

Dalam berdoa usahakan untuk kita memfokuskan rasa dan batin kita tersambung kepada Tuhan di atas sana, kepada Tuhan yang kepadaNya kita menyembah dan beribadah. Wajah menengadah ke atas, fokuskan rasa dan batin kepada Tuhan di atas sana,

Untuk umat Muslim, anda dapat berdoa (selepas sholat atau doa malam) dengan memfokuskan rasa dan batin anda tersambung kepada Tuhan di atas sana.

Untuk umat kristiani, anda dapat berdoa dengan memfokuskan rasa dan batin anda kepada Tuhan Yesus (dan wajahNya) di atas sana. Imani juga kesatuan Allah Bapa dan Roh Kudus di atas sana bersama Yesus.
Untuk umat kristiani tujuan sugestinya adalah supaya tersambung rasa dan batinnya dengan kesatuan Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus.
Untuk umat Kristiani, bila anda berdoa, sebaiknya anda bersugesti kepada kesatuan Allah Tritunggal. Jangan ada salah satunya yang diabaikan.

Untuk penganut agama Hindu, anda dapat memfokuskan rasa dan batin kepada Dewa Wisnu, Bathara Guru, dsb, selebihnya satukan juga kebatinan anda dengan Tuhan Roh Agung Alam Semesta.

Untuk penganut agama Budha, anda dapat memfokuskan rasa dan batin anda kepada Sang Budha Gautama, selebihnya satukan juga kebatinan anda dengan Tuhan Roh Agung Alam Semesta.

Untuk umat beragama / kepercayaan lain, jika ada, anda bisa melakukan cara yang serupa seperti di atas yang sesuai dengan jalan agama dan kepercayaan anda masing-masing dan dilakukan dengan sikap batin dan kerohanian yang sama.

Dalam tulisan ini anda tidak diarahkan untuk bermeditasi atau berzikir / wirid, atau mengamalkan doa-doa khusus atau doa-doa amalan, tetapi diharapkan anda berdoa dengan sikap batin yang sama dengan anda berdoa dari hati sendiri kepada Tuhan dengan rasa ketuhanan.

Doa disini adalah doa yang bersifat pribadi, doa yang tulus dari hati sendiri kepada Tuhan, bukan doa karena tuntutan / kewajiban agama. Yang bersifat kewajiban agama sebaiknya dijalankan sesuai tuntunan agama, tetapi doa pribadi anda kepada Tuhan sebaiknya selalu doanya disambungkan dengan Tuhan di atas sana.



 2.  Membaca Kitab Suci

Untuk laku kebatinan dalam halaman ini, untuk tujuan laku yang lebih dalam, cukup ambil satu ayat atau satu alinea berisi firman dari kitab suci anda, dimengerti arti dan maksudnya, dihayati dan diselami kejiwaannya, dan diimani, dibaca berulang-ulang dengan sikap batin seolah-olah selama anda membaca kitab suci itu anda datang menghadap kepadaNya dan diam bersamaNya.

Setiap anda membaca Firman / serangkaian Firman di dalam kitab suci, sambungkan / satukan rasa anda dengan Tuhan / Entitas yang mengeluarkan Firman itu.

Sekalipun anda sudah hafal bunyi dan isi kalimat dari ayat / surat yang anda baca, sedapat mungkin anda membacanya langsung dari kitab suci anda. Tujuannya adalah supaya anda mengedepankan kepercayaan anda yang murni atas agama anda masing-masing, bukan mengikuti hafalan, bukan juga mengikuti tradisi agama. Untuk tujuan laku dalam halaman ini jangan menghapalkan ayat / surat, apalagi memperlakukannya seperti hafalan doa. Tunjukkan laku ketuhanan anda yang murni dengan membaca langsung kitab suci anda.

Sedapat mungkin anda tinggalkan dogma dan doktin untuk anda dapat secara pribadi menemukan jawaban tentang kebenaran dari jalan kepercayaan anda dan untuk mengimani kebersamaan anda dengan Tuhan. Dengan keimanan anda yang murni anda akan dapat menilai sendiri apakah jalan keagamaan anda sudah benar menuju Tuhan yang benar ataukah tidak. Anda juga akan dapat menilai sendiri mana dogma dan doktrin dan pengkultusan yang benar dan mana yang salah.

Jangan lupa untuk juga bersugesti mengajak serta roh sedulur papat anda untuk menjalankan laku tersebut bersama-sama. Termasuk juga jika anda sudah memiliki khodam pendamping atau benda-benda gaib dalam bentuk apapun, sugestikan juga untuk bersama-sama melakukan laku itu bersama anda, supaya semuanya terselaraskan menjadi sejalan dengan laku ketuhanan anda.

Selama membaca kitab suci lakukanlah dengan memfokuskan rasa dan batin anda kepada Tuhan di atas sana, hayati seolah-olah anda datang menghadap kepadaNya.

Untuk umat Muslim, anda dapat membaca surat Al Fateha, dimengerti arti dan maksudnya, dihayati dan diselami kejiwaannya, dan diimani, dibaca berulang-ulang dengan penghayatan batin seolah-olah anda datang menghadap kepadaNya. Sugestikan / kondisikan batin anda bahwa selama anda membacanya anda sedang menghadap kepadaNya. Pada kesempatan yang lain anda dapat membaca surat yang lain lagi.

Untuk penganut agama Hindu dan Budha, secara keagamaan anda sudah mempunyai tokoh-tokoh yang mumpuni dalam hal kebatinan dan spiritual yang juga dipuja di dalam peribadatan keagamaan. Dengan demikian anda bisa menjalankan laku kebatinan keagamaan yang sama seperti di atas dan selama anda melakukannya fokuskan kebatinan anda kepada tokoh-tokoh tersebut. Selebihnya satukan juga kebatinan anda dengan Tuhan Roh Agung Alam Semesta.

Umat beragama yang lain bisa melakukan cara yang serupa seperti di atas, yang sesuai dengan jalan agama dan kepercayaannya masing-masing, dilakukan dengan sikap batin dan kerohanian yang sama.


Khusus untuk umat Kristiani, orang-orang yang percaya dan meneladani Yesus Kristus sebagai Pembimbing Kerohanian, anda dapat membaca ayat apa saja berisi Firman Yesus (Injil Perjanjian Baru), dimengerti arti dan maksudnya, dihayati dan diselami kejiwaannya, dan diimani, jiwai sikap berpikir Yesus ketika Ia mengucapkan Firman-Firman itu, dan dibaca berulang-ulang dengan sikap batin seolah-olah anda sedang bersamaNya. Anda juga harus mengimani kebersamaan Allah Bapa dan Roh Kudus bersama anda.

Bahasa dan kata-kata di dalam firman-firman Yesus sarat dengan muatan logika dan bahasa spiritual (terutama di dalam Injil Yohanes). Jika anda mengerti arti dan maksudnya, dan mampu menyelami dan menjiwai sikap berpikir Yesus ketika Ia mengucapkan Firman-Firman itu, selain anda akan menjadi lebih mengenal pribadi Yesus dan sikap berpikirNya, penjiwaan dan penghayatan anda itu akan membuat sikap berpikir anda lebih kritis dan logis, dan tajam berpikirnya. Kecintaan anda kepadaNya dan kepada Allah TriTunggal, dan pengimanan anda sebagai Anak-Anak Allah, jika anda mengimani itu, bersama dengan Kuasa Roh Kudus yang sudah bersama anda, yang mengisi hati dan menyatu dengan anda, selain akan menjadikan energi pikiran anda tajam dan tubuh anda terasa sehat tebal padat dengan energi, akan juga menjadikan anda berkuasa atas roh-roh duniawi.

Firman-firman Yesus juga menunjukkan Kekuasaan diriNya sebagai Anak Allah. Jika anda mengimani Kuasa Yesus, dan mengimani juga Kuasa ke-Anak Allah-an anda sendiri, juga akan menjadikan anda berkuasa atas roh-roh duniawi. Jika anda menggunakan kebatinan ketuhanan anda itu untuk mempelajari dunia kegaiban, dengan bersugesti pada kebersamaan Yesus Kristus, anda akan dapat mengetahui semua kegaiban yang ada di bumi ini.

Begitu juga bila anda membaca Kitab Perjanjian Lama. Anda dapat membaca ayat apa saja berisi Firman dan Kehendak Allah Bapa, dimengerti arti dan maksudnya, dihayati dan diselami kejiwaannya, dan diimani, jiwai sikap berpikir Allah Bapa ketika Ia mengucapkan Firman-Firman itu, dan dibaca berulang-ulang dengan sikap batin seolah-olah anda sedang bersamaNya.

Bahasa dan kata-kata dalam Firman-Firman Allah Bapa sarat dengan kehendak dari Sesosok Pribadi yang Berkuasa. Jika anda mengerti arti dan maksudnya, dan mampu menyelami dan menjiwai sikap berpikir Allah Bapa ketika Ia mengucapkan Firman-Firman itu, selain anda akan menjadi lebih mengenal Allah Bapa dan sikap berpikirNya, penjiwaan dan penghayatan anda itu dan kecintaan anda kepadaNya selain akan menjadikan tubuh anda padat penuh energi, akan juga menjadikan anda penuh kuasa terhadap roh-roh duniawi. Dan jika anda juga ingin menggunakan kebatinan ketuhanan anda itu untuk mempelajari dunia kegaiban, dengan bersugesti pada kebersamaan Allah Bapa, anda akan dapat mengetahui semua kegaiban yang ada di bumi ini.

Penjiwaan dan penghayatan anda itu selama anda membaca kitab suci (Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama) dan ketersambungan anda dengan Pribadi-Pribadi Tuhan yang mengeluarkan Firman yang anda baca akan dapat menghidupkan Hikmat Allah di dalam pikiran anda dan akan juga mengsugesti Roh Kudus dari baptisan yang bersemayam di bagian atas kepala anda untuk menyala berkobar-kobar memenuhi hati dan seluruh tubuh anda, menjadikan anda kepenuhan Roh Kudus. Tubuh anda akan terasa tebal padat berenergi. Itu akan menjadikan anda berkuasa atas roh-roh duniawi (bila anda mengimaninya).

Tetapi Roh Kudus yang sudah bersama anda itu akan pasif jika anda sendiri tidak aktif menyambungkan kerohanian anda dengan Tuhan. Apalagi bila anda tidak mengimani Roh Kudus (dan KuasaNya) yang sudah bersama anda.

Kuasa Roh Kudus akan memampukan anda berkuasa atas roh-roh duniawi dan tidak ada satu pun roh duniawi yang akan dapat mencelakakan anda. Tetapi karena itu bersifat keimanan, maka dalam menggunakannya anda juga harus mengedepankan keimanan anda atas Kuasa Allah yang sudah bersama anda. Dari tulisan-tulisan di Perjanjian Baru anda dapat mempelajari cara-cara penggunaannya, terutama untuk tujuan mengusir setan dan untuk penyembuhan sakit-penyakit.

Dan karena Kuasa Allah yang sudah bersama anda itu bukan berasal dari pelajaran ilmu gaib dan ilmu khodam, maka untuk penggunaan lain yang lebih mendetail anda harus mempelajari sendiri cara-caranya.

Begitu juga halnya dengan tubuh anda yang terasa tebal padat berselimut energi. Itu bisa menjadi kekuatan kanuragan. Tetapi karena asalnya tidak dari keilmuan kanuragan maka untuk penggunaannya yang mendetail anda harus mempelajarinya sendiri.

Sesudah anda lebih mengenal sifat-sifat pribadi Yesus dan Allah Bapa, kehendak-kehendak dan sikap berpikir mereka di dalam Firman-Firman yang mereka ucapkan, bila anda mendapatkan suatu ajaran / firman / tulisan / kitab, anda akan lebih bisa mengenali apakah ajaran / firman / tulisan / kitab itu benar berasal dari Allah. Anda juga tidak akan mudah ditipu / disesatkan oleh adanya firman dan ajaran yang sebenarnya tidak berasal dari Allah, karena sesungguhnya itu adalah tulisan / firman / ajaran palsu yang berasal dari sesuatu yang lain yang bukan Tuhan.



 3.  Tips Membaca Kitab Suci :

Selama membaca kitab suci jangan mengedepankan sikap dan pemikiran anda sendiri karena dengan berbuat begitu anda akan mudah keliru menafsirkannya, mungkin malah menjadi salah paham.

Setiap anda membaca Firman / serangkaian Firman di dalam kitab suci, sambungkan / satukan rasa anda dengan Entitas yang mengeluarkan Firman itu. Dengan demikian anda akan menjadi lebih mengerti maksud dan arti dari firman yang anda baca.

Sebuah firman / serangkaian firman pasti dikeluarkan dengan latar belakang / konteks kejadian sendiri-sendiri. Karena itu setiap anda membaca firman sambungkan / satukan rasa anda kepada Entitas yang mengeluarkan firman itu, selami kejiwaan / sikap berpikirNya ketika mengucapkan firman itu, sehingga nantinya selain anda akan lebih mengerti sifat-sifat Sang Entitas, lebih mengerti maksud firmanNya dan lebih mengerti sikap berpikir Sang Entitas ketika mengeluarkan firman itu, anda juga akan tahu bahwa firman itu diucapkan dengan konteks latar belakang tertentu yang firman itu tidak boleh begitu saja diterapkan untuk situasi lain yang berbeda.

Dengan demikian pada masa sekarang ini anda akan tahu bahwa sebuah Firman / Perintah / Hukum tidak boleh begitu saja dipaksakan penerapannya untuk segala macam situasi. Sebuah firman mungkin hanya cocok untuk situasi dan kondisi tertentu saja yang sama dengan situasi dan kondisi ketika firman itu diucapkan, tidak untuk situasi dan kondisi lain yang berbeda.

Dan bila ada suatu tulisan / firman yang anda masih belum mengerti maksudnya, satukan lagi, sambungkan lagi rasa anda kepada Entitas yang mengeluarkan firman itu untuk mendapatkan penjelasannya (membuka hikmat untuk mendapatkan / mendengarkan penjelasannya).

Untuk umat Muslim, Firman Allah di dalam Al Qur'an, selama membaca firman-firman itu satukan rasa anda dengan Allah yang mengeluarkan firman itu.

Untuk umat Kristiani :
Firman Allah Bapa di kitab Perjanjian Lama, selama anda membaca firman-firmanNya satukan rasa anda dengan Allah Bapa, atau
Firman Yesus di kitab Perjanjian Baru, selama membaca firman-firmanNya satukan rasa anda dengan Yesus.

Untuk umat beragama / kepercayaan lain, anda bisa melakukan cara yang serupa seperti di atas yang sesuai dengan jalan agama dan kepercayaan anda masing-masing dan dilakukan dengan sikap batin dan kerohanian yang sama.

Dengan cara begitu nantinya anda akan merasakan sendiri rasa yang berbeda dibanding jika anda membaca kitab suci dengan cara yang biasa.

Sesudah anda lebih mengenal sisi pribadi Sang Entitas yang mengeluarkan firman dan mengenal juga kehendak-kehendak dan sikap berpikir Sang Entitas, ketika anda menemukan suatu firman / tulisan / ajaran anda akan lebih bisa mengenali apakah firman / ajaran itu benar berasal dari Sang Entitas. Anda tidak akan mudah ditipu / disesatkan oleh adanya firman dan ajaran yang sebenarnya bukan berasal dari Sang Entitas dan anda juga tidak akan mudah disesatkan oleh adanya firman dan ajaran yang walaupun itu dikatakan sebagai firman / kehendak dari Sang Entitas tetapi sebenarnya itu adalah ajaran palsu yang berasal dari seseorang / sesuatu yang bukan Sang Entitas.



Di dalam semua laku anda itu lakukanlah dengan memfokuskan batin anda kepada Tuhan di atas sana dan dihayati seolah-olah anda datang menghadap kepadaNya atau diam bersamaNya. Lakukanlah itu dengan anda rajin berdoa dan rajin membaca kitab suci, batin diarahkan kepada Tuhan di atas sana.

Di saat yang lain di dalam anda berdoa hayati juga fokus batin anda kepada Tuhan di atas sana. Dalam anda berdoa itu tidak diperlukan doa-doa khusus atau amalan doa. Yang diperlukan hanyalah doa dari niat batin saja, doa yang tulus yang disampaikan langsung kepada Tuhan. Sampaikan doa anda langsung kepada Tuhan di atas sana supaya doa anda lebih pasti tersambung kepada Tuhan (jangan doanya hanya berputar-putar di dalam hati dan pikiran saja).

Yang dimaksud fokus batin kepada Tuhan itu ibaratnya sama seperti ketika kita sedang berkata-kata kepada orang lain, kita arahkan kata-kata kita kepadanya. Kalau perlu sambil berkata-kata itu kita berhadap-hadapan muka dengannya, kita memfokuskan perhatian dan kata-kata kita kepadanya supaya terjamin bahwa kata-kata kita sampai kepadanya. Dalam hal kita fokus rasa dan batin kepada Tuhan, berarti kita memfokuskan batin dan rasa kita kepada Tuhan di atas sana seolah-olah kita datang menghadap kepadaNya, tidak doanya hanya berputar-putar saja di dalam hati dan pikiran kita dan pikiran kita tidak mengawang-awang tak jelas sugestinya.

Sebagai catatan penting, dalam tulisan ini digunakan istilah "Sosok" Tuhan, maksudnya adalah supaya anda bersugesti kepada Tuhan dan KeberadaanNya yang nyata, kepada Pribadi atau "Sesuatu" yang disebut Tuhan, bukan kepada "Sesuatu Yang Maha Gaib" yang tidak jelas ada dan tidaknya dan tidak jelas juga dimana keberadaanNya, dan juga bukan kepada "citra" dan persepsi anda sendiri tentang Tuhan di dalam hati dan pikiran anda. Dalam hal ini diharapkan anda bisa melepaskan diri dari belenggu dogma agama untuk kemudian beralih pada ketuhanan yang nyata, yaitu bersugesti / memfokuskan rasa dan batin kepada Tuhan yang nyata, kepada Tuhan di atas sana , bukan kepada citra dan persepsi Tuhan yang anda ciptakan sendiri di dalam hati dan pikiran anda.

Untuk hasil yang baik untuk laku ketuhanan dalam halaman ini memang diperlukan kedalaman pengenalan kita pribadi kepada "Sosok Pribadi" yang menjadi Tuhan. Tetapi jika anda masih kesulitan dalam bersugesti kepada "Sosok" Tuhan, anda tidak harus bisa membayangkan wujud dan wajah Tuhan itu seperti apa, jangan berilusi. Cukup imani saja bahwa Tuhan ada di atas sana. Fokuskan batin anda pada keberadaan Tuhan di atas sana. Sampaikan doa anda langsung kepada Tuhan di atas sana.

Dalam halaman ini ditekankan supaya kita menekankan pemahaman dan sikap batin / berpikir pada pengertian ketuhanan, bukan pada bentuk agama. Masing-masing agama mempunyai landasan ketuhanan sendiri-sendiri. Dengan demikian supaya sejalan dengan sugesti Penulis, anda harus menekankan sikap batin dan berpikir anda pada pengertian ketuhanan itu sendiri, bukan pada bentuk formal agama anda. Tapi mungkin masih akan ada pembaca yang kurang mengerti istilah-istilah yang digunakan di dalam kita berbicara ketuhanan, walaupun sudah diupayakan menggunakan bahasa yang umum dan universal. Bisa jadi itu menandakan bahwa selama ini kita lebih banyak fokus pada bentuk formalnya saja dari sisi keagamaan kita, kita belum terbiasa masuk ke dalam aspek ketuhanan, walaupun itu adalah aspek ketuhanan dari agama kita sendiri, apalagi yang bersifat universal yang bukan sebatas bentuk formal agama kita saja.



Untuk tujuan kebatinan, tanda keberhasilannya adalah bila kemudian anda merasakan rasa berat dan sesak di dada, rasa merinding dan meremang (bukan merinding takut) atau tubuh bergetar, atau anda merasa pikiran anda menjadi berat dan tajam (bukan berat karena lelah / penat). Jika rasa-rasa itu terjadi, teruskan saja sampai rasa-rasa itu menyatu dengan diri anda dan usahakan untuk terus menyatu dengan anda dalam kehidupan sehari-hari. Itu adalah reaksi dari sukma anda yang tersugesti oleh laku kebatinan anda.

Dan bila Tuhan berkenan, akan ada aliran energi dari atas yang turun kepada anda, mengisi tubuh, hati dan pikiran anda. Gelombang energinya akan sangat jelas anda rasakan, membuat tubuh anda tebal berenergi. Kontrol nafas anda. Jangan melepas nafas dengan keras supaya energi itu tidak terbuang sia-sia.

Getaran, rasa sesak dan berat di dada di atas mengarah pada kekuatan penghayatan kebatinan. Kecintaan anda kepada Tuhan akan sangat memperbesar sugesti rasa itu. Sedangkan bila pikiran anda terasa berat dan menjadi tajam energinya itu mengarah pada kekuatan spiritual, ketajaman berpikir dan berlogika.

Jika rasa-rasa yang disebutkan di atas terjadi pada anda, sama dengan semua laku menghimpun energi, sebaiknya anda menahan dan menekan nafas, lepaskan nafas dengan perlahan dan teratur, jangan melepaskan nafas dengan keras, supaya energi dan kekuatan rasa yang sudah terbentuk tidak terlepas terbuang begitu saja sia-sia, supaya tersimpan menyatu dengan tubuh dan sukma anda.

Kejadian-kejadian seperti tertulis di atas, jika anda mengalaminya, menandakan bahwa anda sudah menjalani aspek penghayatan kebatinan dalam anda berkepercayaan / berkeagamaan / berketuhanan. Lakukan juga sikap batin yang sama tersambung dengan Tuhan setiap anda beribadah untuk lebih menjamin bahwa ibadah anda diperhatikan Tuhan. Tanamkan sikap batin dalam anda beribadah, yaitu anda melakukan ibadah anda bukan sebatas anda menjalankan kewajiban beragama saja, tetapi karena anda ingin datang beribadah dan menghadap kepada Tuhan.

Laku-laku di atas sebaiknya anda jalankan sebagai aktivitas rutin sehari-hari dalam anda beribadah, beragama dan berketuhanan, selain bermanfaat untuk meningkatkan kualitas keagamaan dan kepercayaan anda, dan dapat meningkatkan rasa ketuhanan anda, juga akan menumbuhkan kekuatan kebatinan yang akan berguna dalam kehidupan anda.


Ini adalah sebagian dari Ajaran Roh yang pelaksanaannya dilakukan dalam manusia beribadah / berketuhanan.

Laku sederhana di atas no.1 - 3 adalah dasar-dasar latihan olah rasa dalam kita belajar mengolah spiritual roh kita terhadap sesuatu yang gaib, kepada kegaiban yang sifatnya tinggi, Tuhan. Kita belajar kontak rasa dan batin tersambung dengan Tuhan.

Jika itu sudah dikuasai dan matang, kita sudah bisa fokus tersambung dengan Tuhan yang menjadi tujuan kita, tidak mengambang, laku itu bisa ditingkatkan lagi kepada laku yang lebih tinggi lagi, yaitu laku pencarian Roh, pencarian spiritual tentang Sosok Pribadi yang menjadi Tuhan dan KeberadaanNya. Mudah-mudahan gayung bersambut, Tuhan berkenan menunjukkan diriNya dan keberadaanNya kepada kita.

Di halaman ini sudah dituliskan konsep olah rasa penghayatan kebatinan dalam berkeagamaan / berketuhanan yang tujuannya adalah untuk kita bisa berdoa / beribadah kepada Tuhan bukan hanya dengan tubuh, hati dan pikiran saja, tetapi juga dengan roh kita, untuk kita bisa secara roh tersambung dengan Tuhan (Tuhan sesuai jalan kepercayaan kita masing-masing), yang kalau benar berhasil tercipta ketersambungan dengan Tuhan itu akan menjadi bekal / dasar untuk manunggaling kawula lan Gusti.

Dalam dunia kebatinan jawa ini disebut olah roso untuk manunggaling kawula lan Gusti, yang adalah laku penghayatan kebatinan ketuhanan mereka, apapun agama yang mereka anut, sehingga ibadah mereka benar-benar sangat dalam menghayati kesatuan mereka dengan Tuhan (tetapi kebanyakan dalam lakunya itu mereka berdoa menghadap ke timur). Dengan demikian kita menjadi tahu sikap penghayatan kebatinan mereka dalam berketuhanan, walaupun aliran kepercayaan dan agama mereka berbeda dengan kita.

Manunggal dengan Tuhan tidak bisa dicapai hanya dengan banyaknya memanjatkan doa-doa atau amalan doa  atau puji-pujian yang banyak dan panjang-panjang yang hanya akan menjemukan Tuhan. Manunggal dengan Tuhan (jika Ia berkenan) adalah kelanjutan dari ketersambungan dengan Tuhan.

Di dalam kita berdoa sebaiknya kita sampaikan semuanya langsung dari hati, jangan menggunakan doa-doa khusus atau doa amalan atau doa hafalan. Jangan menyangka bahwa dengan doa-doa khusus itu atau karena banyaknya doa atau panjangnya doa yang kita sampaikan maka doa kita akan lebih diperhatikan Tuhan. Sampaikan langsung isi hati kita dan usahakan kita tersambung dengan Tuhan.

Dan dalam hal adanya persimpangan di dalam hati dan pikiran kita mengenai agama mana yang benar, jangan kita terjebak dalam pemikiran sempit fanatisme agama.

Kalau kita dengan benar memandang agama sebagai jalan ketuhanan, sebagai jalan kita pribadi menuju Tuhan, ditambah laku kebatinan ketuhanan untuk kita tersambung langsung dengan Tuhan, dengan laku kita no.1 - 3 di atas nantinya kita akan tahu sendiri apakah jalan dan agama kita itu benar menuju Tuhan yang benar ataukah tidak, kepada Tuhan yang benar ada ataukah Tuhan yang tidak ada, atau malah tuhan palsu.

Jika dijalankan dengan benar, apapun agama kita, laku di atas akan menuntun kita untuk tersambung dengan Tuhan dan otomatis kita akan tahu sendiri mana Tuhan yang benar yang kepadaNya kita harus menyembah dan beribadah. Sesudah itu seharusnya kita sudah tahu mana agama yang benar yang seharusnya kita ikuti. Tetapi untuk kita sendiri apakah akan mengikuti agama itu atau tidak itu terserah diri kita sendiri. Diperlukan kekerasan batin untuk mampu datang kepada Tuhan yang kepadaNya kita harus menyembah dan beribadah.








Filosofi kebatinan dalam berketuhanan seperti sudah dituliskan sejak awal halaman ini sebaiknya dapat diimani dan dihayati dan dijalankan sebagai aktivitas pribadi sehari-hari untuk membangun kecintaan kita kepada Tuhan dan untuk kita memuliakan Tuhan, jangan dijadikan sarana ngalap berkah hanya dimanfaatkan untuk meminta berkah duniawi, jangan menjadi perbuatan yang tidak patut di mata Tuhan. Muliakanlah Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap pikiran dan dengan segenap perbuatan kita, maka Tuhan juga akan memuliakan kita. Selanjutnya apapun yang kita sudah capai dari laku kita itu, itu akan menjadi hubungan kita yang pribadi dengan Tuhan.

Bentuk laku dalam halaman ini adalah salah satu contoh untuk kita belajar menghayati ketuhanan dari agama kita sendiri. Jika kita benar-benar menghayatinya dan menjalankannya dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kita akan menjadi salah satu contoh pelaku penghayat kebatinan ketuhanan pada jaman modern sekarang ini. Mengenai baik-tidaknya laku kebatinan itu, apakah benar bertentangan dengan agama seperti yang banyak dikatakan orang, nantinya kita akan bisa menilainya sendiri.


Menaikkan kekuatan sukma tidak harus dengan sering menurunkan energi. Laku-laku ketuhanan di atas akan juga menaikkan kekuatan sukma. Sambil anda membaca-baca kitab suci dan tersambung dengan Tuhan, energi yang turun dari atas kepada anda akan menaikkan kekuatan sukma anda. Itulah yang dialami oleh orang-orang kebatinan jaman dulu, yaitu kekuatan sukmanya naik dengan mereka menjalankan laku kebatinan (keagamaan) mereka. Tetapi selama anda menjalankan laku-laku ketuhanan, jangan ada niat / keinginan untuk menaikkan kekuatan sukma, dan memang tidak perlu, karena itu akan terjadi dengan sendirinya. Lakukanlah dengan tulus untuk tujuan memperbaik laku ketuhanan anda.

Meningkatkan kekuatan batin dan keimanan harus juga disertai dengan usaha meningkatkan kekerasan batin dan kekerasan watak, sehingga kegaiban kebatinannya menjadi bulat menyatu dengan sukma dan kepribadian anda, tidak mengambang dan tidak mudah melemah.

Dengan mengimani kebersamaan Tuhan dengan anda dan mengimani kuasaNya yang mengisi tubuh dan roh anda, jangan lagi anda merasa takut dengan kegelapan, roh-roh halus dan tempat-tempat angker, tetapi jangan juga bersikap sombong dan menantang  (jika anda masih merasa takut dengan kegelapan / kesunyian, berarti anda tidak mengimani kebersamaan anda dengan Tuhan).

Anda bisa melatih kekerasan batin untuk tidak takut dengan kegelapan / kesunyian, tidak takut dengan   keberadaan roh-roh halus, tetapi harus ditekankan bahwa itu tidak dimaksudkan untuk menantang atau sok berani, hanya sebagai usaha untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan batin untuk ketahanan jiwa.

Rasa takut itu alami, bisa dialami oleh siapa saja, termasuk oleh orang-orang yang sudah menekuni kebatinan dan kesaktian. Tetapi harus disadari bahwa kalau kita masih takut dengan kegelapan / kesunyian dan masih takut dengan kehadiran roh-roh halus, berarti kekerasan batin kita lemah.

Untuk tujuan melatih kekerasan batin, untuk menekan rasa takut itu jangan digunakan amalan-amalan gaib atau doa-doa pengusir mahluk halus, tetapi gunakan penghayatan kedekatan hati dan ketersambungan kita dengan Tuhan, yakin bahwa Tuhan memberikan kuasa dan kekuatan kepada kita untuk menjadi lebih kuat daripada roh-roh halus yang ada di sekitar kita.

Ditekankan sekali lagi bahwa usaha menguatkan kekerasan batin ini tidak dimaksudkan untuk menantang atau sok berani, hanya sebagai usaha untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan batin untuk ketahanan jiwa. Kalau ingin mencoba melatihnya, bisa dicoba untuk belajar "berkuasa" di lingkungan rumah anda sendiri, jangan langsung mendatangi tempat-tempat yang angker dan berbahaya.


Jika dihubungkan dengan keilmuan batin dan spiritual, kekuatan kebatinan yang telah anda capai dari laku-laku di atas dapat menjadi sumber kekuatan keilmuan anda, tinggal anda mempelajari cara-cara penguasaan dan penggunaannya.

Dengan kemampuan olah rasa dan olah batin, kekuatan kebatinan dari hasil laku anda di atas bisa juga didayagunakan sama dengan kekuatan kebatinan, bisa juga mengisi tubuh seperti halnya tenaga dalam, dan dapat mengantarkan anda menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita.

(Jika selama anda menjalankan laku penghayatan kebatinan keagamaan di atas anda mohonkan juga untuk Tuhan memberikan kekuatan kepada anda, akan anda rasakan kekuatan itu mengalir masuk ke dalam tubuh anda tanpa anda perlu secara khusus menurunkan energi atau olah nafas. Itu adalah jawaban Tuhan atas doa anda. Getaran dan rasa sesak di dada, jika ada, dikendalikan dengan cara menekan nafas, bukan melepaskan nafas).

Adanya rasa merinding, tubuh bergetar, rasa sesak dan berat di dada mengarah pada kekuatan penghayatan kebatinan. Secara alami dalam laku kebatinan anda itu sukma anda akan bereaksi menunjukkan kekuatannya yang akan menjadikan tubuh anda terasa tebal berselimutkan energi. Kecintaan anda kepada Tuhan akan sangat memperbesar sugesti rasa itu.

Pikiran yang terasa berat dan energi pikiran yang tajam mengarah pada kekuatan spiritual, ketajaman berpikir dan berlogika, menjadikan energi pikiran anda kuat dan tajam yang akan dapat anda rasakan perbedaannya dalam kehidupan anda sehari-hari, dan jika itu digunakan dalam hal-hal kegaiban, energinya efektif untuk menusuk / menyerang sosok-sosok gaib atau untuk menembus dan membuka tabir-tabir kegaiban.

Rasa-rasa di atas mengindikasikan adanya kegaiban dari penghayatan kebatinan / spiritual dan kekuatan sukma yang terbangkitkan oleh laku kebatinan keagamaan anda. Pengimanan anda atas laku anda itu akan sangat memperkuat kekuatan kegaibannya. Sambil anda menjalankan laku kebatinan keagamaan di atas sugestikan supaya kekuatan kebatinan itu mengisi tubuh dan hati anda, menyelimuti tubuh anda, yang nantinya selain akan mengisi dan memperkuat kegaiban sukma anda sendiri, juga akan menjadi selapis kekuatan gaib yang akan melindungi anda dari adanya gangguan dan serangan gaib.

Kedua jenis kekuatan kebatinan dan spiritual di atas (atau salah satu) akan memperkuat kebatinan dan sukma anda dan akan menyatu menjadi bagian dari diri anda. Memang sebaiknya semua kekuatan dan kemampuan yang kita miliki adalah berasal dari diri kita sendiri, menjadi kemampuan milik kita sendiri, sedangkan adanya ilmu-ilmu dan amalan, khodam pendamping, jimat dan pusaka, adalah sebagai tambahan saja yang nantinya dapat kita tambahkan / kurangkan sesuai kebutuhan / keinginan.



 Tambahan :

Setelah menjalankan laku kebatinan keagamaan di atas jika kemudian ada doa-doa tertentu yang kekuatannya disambungkan dengan Kuasa Tuhan, ada doa-doa tertentu yang anda rasakan cocok untuk anda menurut rasa hati dan batin anda, doa-doa yang anda rasakan berguna untuk tujuan tertentu atau mungkin bisa untuk banyak kegunaan (tergantung sugesti kebatinan anda), akan bisa menjadi doa anda yang pribadi dan utama untuk banyak keperluan, yang kekuatannya akan jauh melebihi keampuhan doa dan amalan yang biasa digunakan orang dalam keilmuan gaib.

Jika sudah bisa begitu anda tidak perlu lagi mencari-cari ilmu dan amalan doa, walaupun itu bernuansa agama. Tidak perlu membeli ilmu atau berguru kemana-mana. Juga tidak perlu mencari-cari tambahan khodam untuk pembersihan dan penjagaan gaib. Cukup gunakan saja kekuatan kebatinan ketuhanan anda sendiri yang sugestinya tersambung dengan Tuhan. Kebatinan ketuhanan anda itu selain akan memperkuat kepercayaan dan keimanan anda sendiri kepada Tuhan, juga akan melipatgandakan kegaiban anda, akan memampukan anda untuk menjadikan diri anda sendiri sebagai wadah kegaiban Tuhan.


Jika anda sudah sering dan terbiasa menjalankan laku kebatinan keagamaan / ketuhanan ini, laku ini juga dapat anda manfaatkan untuk mendasari kekuatan keilmuan anda. Selain sejalan dengan kerohanian anda sendiri, laku itu juga akan melipatgandakan kemampuan anda.

Misalnya dalam anda menghimpun energi, lakukanlah dengan mendasarkan diri pada penghayatan kedekatan batin anda dengan Tuhan, laku anda menghimpun energi dilakukan sambil anda menjalankan laku ketuhanan ini. Anda juga bisa meminta kepada Tuhan supaya membantu anda menghimpun energi, sehingga laku kebatinan anda itu akan melipatgandakan kemampuan anda menghimpun energi. Selama anda menghimpun energi, jalankan juga laku penghayatan kebatinan ketuhanan dalam halaman ini, sambungkan sugesti batin anda kepada Tuhan.

Begitu juga bila anda membuat benteng pagaran gaib, penghayatan kedekatan batin anda dengan Tuhan akan melipat-gandakan kemampuan anda dalam membuat pagaran gaib. Selama anda membuat benteng pagaran gaib, jalankan juga laku penghayatan kebatinan ketuhanan dalam halaman ini, sambungkan sugesti batin anda kepada Tuhan.

Begitu juga dalam hal anda melakukan pengusiran roh-roh jahat (pembersihan gaib), membersihkan diri anda sendiri, keluarga atau rumah anda dari hal-hal negatif. Jalankan laku penghayatan kebatinan ketuhanan dalam halaman ini, sugestikan batin anda tersambung kepada Tuhan, sugestikan Tuhan menurunkan kuasaNya membersihkan anda, keluarga dan rumah anda dari semua hal yang negatif.

Begitu juga dalam hal anda melakukan penyembuhan sakit-penyakit. Tumpangkan tangan anda di atas bagian tubuh yang sakit, jalankan laku penghayatan kebatinan ketuhanan dalam halaman ini, sambungkan sugesti batin anda kepada Tuhan, sugestikan Tuhan menurunkan KuasaNya menyembuhkan.

Begitu juga dalam hal penggunaan kekuatan gaib / energi, dengan bersugesti kepada Tuhan kemampuan anda akan menjadi berlipat ganda. Selama anda menggunakan kekuatan gaib / energi anda, jalankan juga laku penghayatan kebatinan ketuhanan dalam halaman ini, sambungkan sugesti batin anda kepada Tuhan.

Dalam semua hal yang anda lakukan di atas, sambungkan dengan tulus sugesti batin anda kepada Tuhan supaya kegaiban Tuhan bekerja. Jangan mengandalkan doa-doa khusus, atau amalan doa, atau khodam, sugestikan supaya Tuhan sendiri yang menurunkan KuasaNya kepada anda.

Tetapi sekalipun laku yang dicontohkan dalam halaman ini dapat anda gunakan untuk mencari berkah duniawi, untuk tujuan keilmuan atau menurunkan energi untuk kekuatan sukma, dsb, Penulis sendiri mengharapkan supaya anda tidak memanfaatkannya untuk itu. Itu hanya contoh saja dari potensi yang bisa anda buktikan sendiri dari sugesti penghayatan anda kepada Tuhan, dimaksudkan supaya bisa menambah wawasan anda dalam berketuhanan. Ketersambungan dengan Tuhan dan potensinya jauh lebih bermanfaat daripada apapun keduniawian yang bisa anda raih. Jangan sampai laku ketuhanan dilakukan untuk tujuan dan hasrat yang tidak patut. Dan jangan digunakan untuk hasrat bermegah diri.




Ada pertanyaan :
Saya sangat tertarik untuk mempelajari olah roh, apa yang harus saya lakukan abah ketika saya mencoba terhubung langsung dengan tuhan / berdoa dengan roh badan kita bergetar atau ketika meditasi badan terasa tebal yang bagi saya justru agak mengganggu ketenangan saat meditasi ? Haruskah saya lanjutkan atau dihentikan.

Jawab :
Dalam tulisan saya tentang bersugesti tersambung dengan Tuhan saya tidak mengarahkan orang untuk melakukannya dengan bermeditasi.
Saya menganjurkan melakukannya sama dengan beribadah, membaca kitab suci, atau berdoa, dengan memfokuskan batin langsung kepada Tuhan.
Jadi kalau mengikuti isi tulisan saya itu seharusnya anda tidak melakukannya dengan bermeditasi, tapi dengan beribadah, membaca kitab suci, atau berdoa langsung kepada Tuhan, karena kondisi bermeditasi itu bisa memunculkan sensasi ilusi dan halusinasi.
terima kasih



Pertanyaan :
Abah, perbuatan nyata seperti apa utk belajar mencari tahu benar / tidaknya ketersambungan kita dgn Tuhan ? Saya banyak membaca2 jawaban abah ke teman2 lain tentang sensasi2 kita sendiri yg merasa dekat dan merasa tersambung. Saya ga mau hanya merasakan sensasi abah, saya ingin belajar terus agar cara / fokus batin saya benar sampai ke Tuhan tujuan saya.. Mohon nasehatnya abah..
Terima kasih

Jawab :
Untuk benar2 tahu apakah diri kita sudah tersambung dgn Tuhan itu adalah pengetahuan gaib tingkat tinggi. Pengetahuan tentang Tuhan itu sendiri adalah pengetahuan gaib tingkat tinggi, sulit mencapainya. Apalagi kalau "Sosok" Tuhan yg dituju juga kita belum tahu pasti.

Mengerti dengan benar tentang kegaiban duniawi saja belum tentu orang menguasainya, apalagi tentang sesuatu yg illahi. Tapi dari membaca tulisan2 saya yg bahasanya sederhana mungkin anda menjadi tidak menyadari sepenuhnya bhw itu adalah sesuatu yg tinggi.

Selama ini di mata orang Tuhan adalah sesuatu yg mengawang2, sehingga sulit untuk orang datang kepada Tuhan, karena tujuannya kepada Tuhan yg mana dan dimana juga belum jelas. Karena itu orang akan terdorong menciptakan banyak dogma dan pengkultusan tentang Tuhan seolah2 mereka tahu Tuhan. Bahkan ada yg mengajarkan wiridan2 doa dan amalan2 doa khusus untuk menyatu dengan Tuhan, seolah2 itu benar2 bisa mengantarkan orang tersambung / menyatu dgn Tuhan, padahal orang yg menciptakan ajarannya itu sendiri belum tentu sudah tersambung / menyatu dgn Tuhan. Tuhan yg harus dituju juga belum tentu mereka tahu.

Jadi harus anda sadari bhw mungkin tidak mudah untuk anda mengetahui itu, bahkan orang2 jaman dulu yg sudah bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun kemana2 mencari Tuhan juga tidak semuanya berhasil dalam pencariannya itu.

Faktor terbesar kesulitannya adalah mengenai Tuhan itu sendiri, orang belum tahu Tuhan yang mereka tuju, waktunya habis untuk mencari Tuhan dan kesejatianNya dan keberadaanNya, sehingga menyulitkannya untuk tersambung dengan Tuhan yg benar.

Tapi sebenarnya itu tidak terlalu sulit kalau kita sudah tahu Tuhan yang mana yang akan kita tuju dan kita melakukannya dgn cara kebatinan ketuhanan.

Jadi yg harus kita lakukan adalah menetapkan Tuhannya dulu, Tuhan yg mana yg menjadi tujuan kita, sesudahnya barulah kita berusaha untuk tersambung denganNya. Dengan cara kebatinan, tersambung dgn Tuhan tidaklah sulit, kalau Tuhan berkenan, hanya saja mungkin pengetahuannya itu sendiri, apakah benar kita sudah tersambung dengan Tuhan, tidak bisa kita kuasai dalam waktu singkat, kecuali Tuhan sendiri membukakannya kpd kita.

Jadi setelah anda tahu dan menetapkan Tuhan yang mana yang anda tuju, yang harus anda lakukan adalah berusaha untuk anda tersambung dengan Tuhan. Sesudahnya barulah anda cari pengetahuannya apakah benar anda sudah tersambung dengan Tuhan.

Karena anda sudah tahu Tuhan yang anda tuju, dgn cara kebatinan mungkin tidak sulit untuk anda tersambung dengan Tuhan, tapi pengetahuannya itu sendiri, untuk anda benar2 tahu apakah diri anda sudah tersambung dengan Tuhan diperlukan laku yg lebih dan hikmat yg dari Tuhan.

Tanya :
Apa tanda bagi orang awam agar tahu doanya benar tersambung kpd Tuhan ?
Apa sebenarnya keingintahuan bahwa doanya benar tersambung itu tidak patut abah ?
Lalu gimana caranya utk tahu posisinya kita benar berdoa secara roh ?
Trus bagaimana abah cara atau sikap kita utk menjaga ketersambungan kita dgn Tuhan dan mengurangi jarak kebatinan antara kita dgn Tuhan itu gimana ya abah ?
Maaf selalu merepotkan abah.
Terima kasih.

Jawab :
Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa untuk benar2 tahu apakah diri kita sudah tersambung dgn Tuhan itu adalah pengetahuan gaib tingkat tinggi. Mengerti dengan benar tentang kegaiban duniawi saja belum tentu orang menguasainya, apalagi tentang sesuatu yg illahi.

Allah itu gaib.
Segala sesuatu yg berhubungan dengan ke-Allah-an sifatnya gaib. Diperlukan hikmat yang dari Tuhan untuk mengerti kegaiban Tuhan. Tapi sebenarnya tidak sulit untuk anda mengetahui itu, karena Tuhan sudah memberikan hikmat itu kpd anda, anda saja yg tidak mau menggalinya.

Yang sering anda lupakan adalah tentang penghayatan di dalam anda berketuhanan.

Anda menginginkan suatu tanda yg nyata yg bisa anda rasakan atau yg bisa anda ketahui, sehingga anda tidak menyadari sepenuhnya bahwa Allah itu gaib,
Dan jika anda ingin mengetahui segala sesuatu tentang ketersambungan anda dengan Tuhan, itu harus dilakukan dengan penghayatan pada hubungan anda yg pribadi dengan Tuhan.

Ibaratnya seperti anda dengan pacar anda, apakah benar ada ketersambungan antara anda dengan pacar anda itu hanya anda dan pacar anda yg tahu, karena sifatnya adalah hubungan yg pribadi antara anda dengan pacar anda itu. Ketersambungan itu seharusnya bukanlah sebatas adanya komunikasi yg intens, tetapi lebih dari itu, harus ada penghayatan atas hubungan anda dari hati ke hati.
Kalau benar ada ketersambungan seharusnya anda dan pacar anda bisa merasakannya.
Tapi ketersambungan itu bisa saja berkurang intensitasnya karena adanya kesibukan masing2 pribadi atau malah putus karena ada salah satu pihak yg berpaling.

Begitu juga dengan Tuhan, apakah benar ada ketersambungan antara anda dengan Tuhan seharusnya anda bisa merasakannya, karena sifatnya adalah hubungan yg pribadi antara anda dengan Tuhan. Ketersambungan ini bukanlah sebatas adanya komunikasi yg intens, tetapi lebih dari itu, harus ada penghayatan atas hubungan anda dengan Tuhan.
Kalau benar ada ketersambungan seharusnya anda bisa merasakannya.
Tapi ketersambungan itu bisa saja berkurang intensitasnya karena anda sibuk dengan urusan pibadi, atau malah putus karena anda berpaling dari Tuhan, atau justru Tuhan yg berpaling dari anda.

Untuk langkah awalnya adalah anda menghayati dulu laku anda berketuhanan.
Dalam semua doa dan ibadah anda fokus kepada Pribadi2 yang menjadi Tuhan sehingga lebih jelas kepada Tuhan yg mana anda akan tersambung.
Selama anda melakukannya anda hayati hubungan anda dengan Tuhan itu apakah benar laku anda itu "nyambung" dengan Tuhan.
Selebihnya tinggal anda menjaga ketersambungan anda dengan Tuhan yg anda sudah tersambung.


Perhatian :
Seandainya selama anda membaca bagian-bagian tertentu tulisan di halaman ini atau selama anda melaksanakan laku kebatinan keagamaan mengikuti cara yang dituliskan di atas anda merasakan bulu kuduk atau rambut kepala anda meremang, itu tidak apa-apa. Itu adalah reaksi dari roh pancer dan sedulur papat anda yang tersugesti oleh tulisan yang anda baca atau tersugesti oleh penghayatan anda.
Atau jika anda merasakan adanya rasa berat sesak tertekan di dada atau adanya rasa tertekan / berdenyut / gerakan di bagian ubun-ubun kepala, itu juga tidak apa-apa. Itu adalah getaran reaksi dari cakra-cakra tubuh yang akan mempermudah anda jika berniat mempelajari kebatinan dan spiritual.
Atau jika anda merasakan adanya getaran tubuh yang bergerak mengalir di tubuh anda, itu juga tidak apa-apa. Itu adalah getaran reaksi dari cakra-cakra tubuh (mengalirnya tenaga dalam murni, hawa murni dan kundalini) dan reaksi sukma yang akan menyegarkan tubuh dan pikiran anda.
Atau jika dari sugesti anda yang tersambung dengan Tuhan dalam melaksanakan laku kebatinan keagamaan mengikuti cara yang dituliskan di halaman ini, berdoa atau membaca kitab suci, anda merasakan adanya gelombang energi yang energinya bergerak mengalir ke dalam tubuh anda, itu juga tidak apa-apa. Itu adalah tanda bahwa anda 'terhubung' dengan si 'Pemilik Energi' yang energinya itu selain akan menyegarkan tubuh dan pikiran anda, akan juga menambah kekuatan tubuh dan sukma anda.
Tetapi jika anda terlalu khusyuk menghayati, sehingga kemudian anda merasakan bergetar kencang di seluruh tubuh, sebaiknya segera dihentikan, jangan sampai kemudian menjadi tidak terkendali dan roh anda merogoh sukma, lepas kontrol diluar kemauan anda. Sebaiknya jangan melakukan rogoh sukma tanpa bimbingan dan pendampingan seorang guru yang benar mengerti keilmuannya.

Khusus untuk umat Kristiani, rasa adanya gerakan atau rasa meremang di ubun-ubun kepala, atau di kepala anda bagian atas, selain adalah reaksi getaran dari cakra-cakra tubuh dan reaksi dari sukma anda yang tersugesti oleh laku anda, mungkin juga adalah gerakan reaksi dari Roh Kudus yang sudah ada bersama anda, yang bereaksi karena tersugesti oleh laku ketuhanan anda. Roh Kudus adalah penghubung dan perantara anda dengan Tuhan. Roh Kudus akan aktif bekerja jika anda  aktif  tersambung  dengan Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar