Masyarakat
Semarang dan sekitarnya ketika ditanya tentang Sunan Kuning tentu
dengan cepat akan menyebut lokalisasi PSK Sunan Kuning atau lebih
bekennya SK. Lokalisasi SK sendiri memang sudah melekat ditelinga
masyarakat Semarang, mengalahkan nama sebenarnya yaitu Resosialisasi PSK
Argorejo*. Lalu kenapa lebih terkenal dengan sebutan lokalisasi Sunan
Kuning (SK).
Jika
dinalar sungguh sangat kurang ajar masyarakat Semarang menamai sebuah
komplek pelacuran sebagai tempat pemuas nafsu sesaat dengan nama Sunan
Kuning, kita tahu Sunan adalah orang yang menyebarkan agama Islam. Namun
kita juga tahu diantara sederet nama Sunan dalam buku sejarah tak ada
nama Sunan Kuning. Lalu adakah hubungannya Sunan Kuning dengan kompleks
PSK terbesar di Semarang itu.
Bermula
sekitar tahun 1600-an ada seorang Cina muslim menyebarkan agama Islam
di Pulau Jawa. Dalam beribadahnya untuk menyebarkan agama Islam, tokoh
Cina muslim ini selalu berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah
lainnya. Suatu ketika dalam perjalanan ibadahnya tokoh muslim ini sampai
ke Semarang. Ketika itu banyak sekali masyarakat yang terserang
penyakit misterius. Tokoh Cina itupun berusaha menolongnya. Satu persatu
orang yang mendapat pertolongannnya mengalami kesembuhan. Sehingga
banyak sekali orang yang minta disembuhkan. Karena banyaknya pasien
tokoh Cina muslim inipun menetap di Semarang. Tepatnya di daerah
Argorejo*. Di Argorejo* di Semarang menyembuhkan penyakit tokoh Cina
muslim ini tetap pada misi awalnya menyebarkan agama Islam. Tak beberapa
lama para pengikutnyapun bertambah banyak. Dihadapan pengikutnya tokoh
Cina muslim ini menyebut dirinya Soen An Ing.
Kepandaian
Soen An Ing dalam menyembuhkan penyakit dan kepopuleran dalam
menyebarkan agama Islam tidak hanya tersebar di Tanah Jawa saja tetapi
sudah menyebar ke Sumatra, Kalimantan bahkan negeri Cina. Sehingga
banyak sekali pengikut Soen An Ing yang berasal daei luar Tanah Jawa.
Soen
An Ing menetap di Semarang sampai akhir hayatnya. Tak diketahui pasti
berapa usia Soen An Ing ketika meninggal. Yang pasti jasad Soen An Ing
di kubur di atas perbukitan yang ada di daerah Argorejo*. Makam Soen An
Ing sering didatangi oleh para pengikutnya untuk berziarah.
Makam
Soen An Ing makin lama makin dikenal masyarakat Semarang, kepandaian
menyembuhkan penyakit dan kepopulerannya dalam menyebarkan agama Islam
mendorong masyarakat untuk berziarah ke makam Soen An Ing.
Makam
Soen An Ing masih sering didatangi para peziarah. Para peziarah yang
datang tak hanya masyarakat Semarang saja, tiap ada peziarah yang
berasal dari Kalimantan, Jawa Timur, Negeri Cina, Thailand bahkan dari
Australia.
Makam
Soen An Ing yang terkenal itu saat ini sudah berganti nama menjadi
Makam Tepis Wiring Mbah Sunan Kuning atau Makam Sunan Kuning (SK). Itu
berawal dari kesulitan lidah jawa yang melafalkan Soen An Ing. Agar
mudah diucapkan menjadi Sunan Kuning.
Sebelum
tahun 1963 makam Sunan Kuning sebagai tokoh Cina muslim penyebar agama
Islam masih terjaga citranya seantero dunia. Masih banyak peziarah yang
datang ke makam Sunan Kuning.
Namun
memasuki tahung 1963 nama harum makam Soen An Ing tercoreng negatif
dengan ditetapkan daerah Argorejo sebagai daerah Resosialisasi Pekerja
Seks Komersial (PSK). Mulanya lokalisasi PSK itu jauh dari makam Sunan
Kuning. Namun seiring perkembangan jaman lokalisasi PSK itu meluas dan
mendekati makam Sunan Kuning. Maka nama lokalisasi PSK Argorejo pun
kemudian lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan lokalisasi
Sunan Kuning atau SK. Secara garis besar Sunan Kuning dengan lokalisasi
SK tidak ada hubungan sama sekali hanya lokasinya saja yang berdekatan.
Boleh jadi saat itu Resosialisasi PSK Argorejo mendompleng ketenaran
nama tokoh Cina muslim Soen An Ing (Sunan Kuning). Namun sekarang
menjadi terbalik nama Soen An Ing penyebar agama Islam di tanah Semarang
seperti ditelan bumi, yang ada adalah nama lokalisasi SK, tempat
penikmat hawa nafsu sesaat.
Diantara
tenggelamnya nama makam Sunan Kuning dan mencuatnya lokalisasi SK,
makam Sunan Kuning masih terawat baik. Masih ada peziarah yang datang ke
makam itu. Kebanyakan dari luar daerah baik penduduk asli maupun
keturunan Cina. Tujuan peziarah ini bermacam-macam. Ada yang minta
pelarisan dagangannya, kesuksesan usahanya, naik pangkat, dibuka
rezekinya, cari jodoh, dan lain sebagainya.
Biasanya
peziarah yang pernah datang ke makam Sunan Kuning yang sudah sukses
dalam kehidupanya akan datang kembali ke makam Sunan Kuning untuk
sekedar mengucapkan terima kasih atau memugar makan.
Makam
Sunan Kuning yang terletak dipemakaman Tepis Wiring Kelurahan
Kalibanteng Kulon ini terakhir direnovasi oleh warga keturunan Cina yang
tinggal di Wotgandul Barat, Semarang pada tanggal 22 Februari 1998.
renovasi makam Sunan Kuning bergaya arsitektur Cina pada pintu gerbang
masuk makam. Sedangkan isi komplek makam juga dihiasi dengan
pernak-pernik sembahyangan ala Cina.
Menurut
juru kunci makam, mbah Tomo (59) para peziarah dalam melakukan ritual
sembahyangan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Biasanya para
peziarah pribumi akan membawa bunga mawar sebagai ritualnya. Sedangkan
para peziarah keturunan Cina dalam ritual doanya memakai persembahan
Hong Swa. Tidak sembarang hari kita berdoa minta sesuatu di hadapan
makam Sunan Kuning. Menurut mbah Tomo ada hari-hari tertentu untuk
berdoa minta sesuatu. Malam Selasa Kliwon, Rebo Legi dan Kamis Paing
dikhususkan untuk berdoa meminta pengasihan. Malam Rabo Pon, Kamis Wage
dan Jum’at Pon untuk meminta kekuatan. Hari Kamis Legi, Jum’at Kliwon,
Sabtu Legi untuk berdoa minta kenaikan pangkat atau drajat. Malam Sabtu
Kliwon, Minggu Legi, Senin Paing untuk rejeki, sandang pangan atau
nomor. Sedangkan Jum’at Paing, Sabtu Pon, Minggu Wage untuk puter
giling.
Di
dalam komplek pemakaman Sunan Kuning terdiri dari tiga bangunan yang
berbentuk seperti rumah. Bangungan pertama sebelah kanan setelah masuk
gerbang makam diperuntukkan bagi peziarah yang akan bermalam. Sedangkan
bangunan kedua yang ada ditengah terdapat tiga makam. Ketiga makam itu
adalah makam Kyai Sekabat, makam Kyai Djimat dan makam Kyai Majapahit.
Ketiganya adalah para pembantu setia Sunan Kuning.
Sedangkan
di bangunan utama yang lebih besar di dalamnya juga terdapat tiga
makam. Ketiga makam itu diberi kuncup atau rumah-rumahan dari kelambu.
Ketiga makam itu adalah makam Sunan Kuning, makam Sunan Kali dan makam
Sunan Ambarawa. Di depan ketiga makam itu ditempatkan empat patung orang
Cina.
Sayang
sekali mbah Tomo tak begitu mengerti antara Sunan Kuning, Sunan Kali
(dimakam tertuli sunan Kalijaga) dan Sunan Ambarawa ada hubungan apa.
Yang hanya diketahui oleh mbah Tomo, Sunan Kuning mempunyai gelar Soen
An Ing Mangkurat Mas Garendi. Sedangkan Sunan Ambarawa mempunyai gelar
Syech Maulana Magribi Kendil Wesi. Sunan Kuning jika menampakkan dirinya
memakai jubah warna kuning emas dan bersorban dengan warna yang sama.
Sedangkan Sunan Kali dan Sunan Ambarawa sama-sama memakai surban dan
jubah putih.
Mbah
Tomo adalah juru kunci generasi kelima makam Sunan Kuning. Juru kunci
pertama bernama mbah Bayat Saribin. Mbah Bayat Saribin inilah penemu
pertama kali makam Sunan Kuning. Juru kunci kedua bernama mbah Timan,
juru kunci ketiga bernama mbah Jasman, juru kunci keempat bernama mbah
Sarpan, dan juru kunci kelima mbah Sutomo atau mbah Tomo. Mbah Tomo
menjadi juru kunci Sunan Kuning sejak tahun 80-an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar