Jumat, 14 Agustus 1970

SUNAN KUNING PENYEBAR AGAMA ISLAM DI SEMARANG


Masyarakat Semarang dan sekitarnya ketika ditanya tentang Sunan Kuning tentu dengan cepat akan menyebut lokalisasi PSK Sunan Kuning atau lebih bekennya SK. Lokalisasi SK sendiri memang sudah melekat ditelinga masyarakat Semarang, mengalahkan nama sebenarnya yaitu Resosialisasi PSK Argorejo*. Lalu kenapa lebih terkenal dengan sebutan lokalisasi Sunan Kuning (SK).
Jika dinalar sungguh sangat kurang ajar masyarakat Semarang menamai sebuah komplek pelacuran sebagai tempat pemuas nafsu sesaat dengan nama Sunan Kuning, kita tahu Sunan adalah orang yang menyebarkan agama Islam. Namun kita juga tahu diantara sederet nama Sunan dalam buku sejarah tak ada nama Sunan Kuning. Lalu adakah hubungannya Sunan Kuning dengan kompleks PSK terbesar di Semarang itu.
Bermula sekitar tahun 1600-an ada seorang Cina muslim menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Dalam beribadahnya untuk menyebarkan agama Islam, tokoh Cina muslim ini selalu berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah lainnya. Suatu ketika dalam perjalanan ibadahnya tokoh muslim ini sampai ke Semarang. Ketika itu banyak sekali masyarakat yang terserang penyakit misterius. Tokoh Cina itupun berusaha menolongnya. Satu persatu orang yang mendapat pertolongannnya mengalami kesembuhan. Sehingga banyak sekali orang yang minta disembuhkan. Karena banyaknya pasien tokoh Cina muslim inipun menetap di Semarang. Tepatnya di daerah Argorejo*. Di Argorejo* di Semarang menyembuhkan penyakit tokoh Cina muslim ini tetap pada misi awalnya menyebarkan agama Islam. Tak beberapa lama para pengikutnyapun bertambah banyak. Dihadapan pengikutnya tokoh Cina muslim ini menyebut dirinya Soen An Ing.
Kepandaian Soen An Ing dalam menyembuhkan penyakit dan kepopuleran dalam menyebarkan agama Islam tidak hanya tersebar di Tanah Jawa saja tetapi sudah menyebar ke Sumatra, Kalimantan bahkan negeri Cina. Sehingga banyak sekali pengikut Soen An Ing yang berasal daei luar Tanah Jawa.
Soen An Ing menetap di Semarang sampai akhir hayatnya. Tak diketahui pasti berapa usia Soen An Ing ketika meninggal. Yang pasti jasad Soen An Ing di kubur di atas perbukitan yang ada di daerah Argorejo*. Makam Soen An Ing sering didatangi oleh para pengikutnya untuk berziarah.
Makam Soen An Ing makin lama makin dikenal masyarakat Semarang, kepandaian menyembuhkan penyakit dan kepopulerannya dalam menyebarkan agama Islam mendorong masyarakat untuk berziarah ke makam Soen An Ing.
Makam Soen An Ing masih sering didatangi para peziarah. Para peziarah yang datang tak hanya masyarakat Semarang saja, tiap ada peziarah yang berasal dari Kalimantan, Jawa Timur, Negeri Cina, Thailand bahkan dari Australia.
Makam Soen An Ing yang terkenal itu saat ini sudah berganti nama menjadi Makam Tepis Wiring Mbah Sunan Kuning atau Makam Sunan Kuning (SK). Itu berawal dari kesulitan lidah jawa yang melafalkan Soen An Ing. Agar mudah diucapkan menjadi Sunan Kuning.
Sebelum tahun 1963 makam Sunan Kuning sebagai tokoh Cina muslim penyebar agama Islam masih terjaga citranya seantero dunia. Masih banyak peziarah yang datang ke makam Sunan Kuning.
Namun memasuki tahung 1963 nama harum makam Soen An Ing tercoreng negatif dengan ditetapkan daerah Argorejo sebagai daerah Resosialisasi Pekerja Seks Komersial (PSK). Mulanya lokalisasi PSK itu jauh dari makam Sunan Kuning. Namun seiring perkembangan jaman lokalisasi PSK itu meluas dan mendekati makam Sunan Kuning. Maka nama lokalisasi PSK Argorejo pun kemudian lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan lokalisasi Sunan Kuning atau SK. Secara garis besar Sunan Kuning dengan lokalisasi SK tidak ada hubungan sama sekali hanya lokasinya saja yang berdekatan. Boleh jadi saat itu Resosialisasi PSK Argorejo mendompleng ketenaran nama tokoh Cina muslim Soen An Ing (Sunan Kuning). Namun sekarang menjadi terbalik nama Soen An Ing penyebar agama Islam di tanah Semarang seperti ditelan bumi, yang ada adalah nama lokalisasi SK, tempat penikmat hawa nafsu sesaat.
Pintu Masuk Makam Sunan Kuning
Diantara tenggelamnya nama makam Sunan Kuning dan mencuatnya lokalisasi SK, makam Sunan Kuning masih terawat baik. Masih ada peziarah yang datang ke makam itu. Kebanyakan dari luar daerah baik penduduk asli maupun keturunan Cina. Tujuan peziarah ini bermacam-macam. Ada yang minta pelarisan dagangannya, kesuksesan usahanya, naik pangkat, dibuka rezekinya, cari jodoh, dan lain sebagainya.
Biasanya peziarah yang pernah datang ke makam Sunan Kuning yang sudah sukses dalam kehidupanya akan datang kembali ke makam Sunan Kuning untuk sekedar mengucapkan terima kasih atau memugar makan.
Makam Sunan Kuning yang terletak dipemakaman Tepis Wiring Kelurahan Kalibanteng Kulon ini terakhir direnovasi oleh warga keturunan Cina yang tinggal di Wotgandul Barat, Semarang pada tanggal 22 Februari 1998. renovasi makam Sunan Kuning bergaya arsitektur Cina pada pintu gerbang masuk makam. Sedangkan isi komplek makam juga dihiasi dengan pernak-pernik sembahyangan ala Cina.
Menurut juru kunci makam, mbah Tomo (59) para peziarah dalam melakukan ritual sembahyangan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Biasanya para peziarah pribumi akan membawa bunga mawar sebagai ritualnya. Sedangkan para peziarah keturunan Cina dalam ritual doanya memakai persembahan Hong Swa. Tidak sembarang hari kita berdoa minta sesuatu di hadapan makam Sunan Kuning. Menurut mbah Tomo ada hari-hari tertentu untuk berdoa minta sesuatu. Malam Selasa Kliwon, Rebo Legi dan Kamis Paing dikhususkan untuk berdoa meminta pengasihan. Malam Rabo Pon, Kamis Wage dan Jum’at Pon untuk meminta kekuatan. Hari Kamis Legi, Jum’at Kliwon, Sabtu Legi untuk berdoa minta kenaikan pangkat atau drajat. Malam Sabtu Kliwon, Minggu Legi, Senin Paing untuk rejeki, sandang pangan atau nomor. Sedangkan Jum’at Paing, Sabtu Pon, Minggu Wage untuk puter giling.
Di dalam komplek pemakaman Sunan Kuning terdiri dari tiga bangunan yang berbentuk seperti rumah. Bangungan pertama sebelah kanan setelah masuk gerbang makam diperuntukkan bagi peziarah yang akan bermalam. Sedangkan bangunan kedua yang ada ditengah terdapat tiga makam. Ketiga makam itu adalah makam Kyai Sekabat, makam Kyai Djimat dan makam Kyai Majapahit. Ketiganya adalah para pembantu setia Sunan Kuning.
Sedangkan di bangunan utama yang lebih besar di dalamnya juga terdapat tiga makam. Ketiga makam itu diberi kuncup atau rumah-rumahan dari kelambu. Ketiga makam itu adalah makam Sunan Kuning, makam Sunan Kali dan makam Sunan Ambarawa. Di depan ketiga makam itu ditempatkan empat patung orang Cina.
Sayang sekali mbah Tomo tak begitu mengerti antara Sunan Kuning, Sunan Kali (dimakam tertuli sunan Kalijaga) dan Sunan Ambarawa ada hubungan apa. Yang hanya diketahui oleh mbah Tomo, Sunan Kuning mempunyai gelar Soen An Ing Mangkurat Mas Garendi. Sedangkan Sunan Ambarawa mempunyai gelar Syech Maulana Magribi Kendil Wesi. Sunan Kuning jika menampakkan dirinya memakai jubah warna kuning emas dan bersorban dengan warna yang sama. Sedangkan Sunan Kali dan Sunan Ambarawa sama-sama memakai surban dan jubah putih.
Mbah Tomo adalah juru kunci generasi kelima makam Sunan Kuning. Juru kunci pertama bernama mbah Bayat Saribin. Mbah Bayat Saribin inilah penemu pertama kali makam Sunan Kuning. Juru kunci kedua bernama mbah Timan, juru kunci ketiga bernama mbah Jasman, juru kunci keempat bernama mbah Sarpan, dan juru kunci kelima mbah Sutomo atau mbah Tomo. Mbah Tomo menjadi juru kunci Sunan Kuning sejak tahun 80-an. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar